REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kurikulum 2013 ibarat mobil Ferrari yang kemasannya bagus tetapi belum tentu bisa dikemudikan oleh guru-guru yang mempraktikannya, kata Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti .
"Kurikulum 2013 mahal dan bagus mesinnya, tampilannya, tetapi kalau guru tidak bisa mengemudikannya lebih baik menyetir mobil lainnya tetapi ahli," kata Retno di Jakarta, Selasa.
Retno menilai metode yang diajarkan pun masih tetap konvensional, seperti ceramah meski kurikulumnya berubah. "Sehingga, guru yang menjadi pusat pembelajaran bukannya siswa," katanya. Dia menilai kurangnya akses dari guru ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk berdialog masalah kurikulum tersebut.
Retno juga mengusulkan harus ada pelatihan yang bisa menjelaskan kepada guru mengenai Kurikulum 2013 secara keseluruhan. "Guru memang harus dibangun karena bagaimanapun dia adalah kucinya yang mengatur alur kemana siswa ini akan dibawa," katanya.
Hal sama juga disampaikan Direktur Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Pendidikan Menengah Kemdikbud Harris Iskandar yang mengatakan faktor penentu ada di pihak pengajar, yakni guru.
"Dalam pendidikan 90 persen itu yang menentukan itu guru. Sebagus apapun guru, tetapi jika ditangan guru yang tidak kompeten, maka hasilnya tidak bagus," katanya.
Harris mengatakan pihaknya berjanji akan menyediakan pelatihan untuk guru-guru seluruh Indonesia sebelum Kurikulum 2013 diluncurkan. "Nanti kita akan sediakan pelatihan sekitar Juni-Juli 2013, pokoknya sebelum Kurikulum itu diluncurkan," katanya.
Dalam Kurikulum 2013, beberapa mata pelajaran akan disederhanakan, contohnya hanya akan ada enam dari 12 mata pelajaran yang akan diajarkan, seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Pejaskes, sementara IPA dan IPS akan dihapus.
Kurikulum yang menghabiskan anggaran hingga Rp 2,94 triliun tersebut bertujuan untuk mengantisipasi ketinggalan, mempercepat ketinggalan pelajaran serta menunjang pendidikan nasional ke arah yang lebih baik yang juga menjadi tujuan nasional.