REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG–Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka) dulu identik dengan berkemah dan baris berbaris. Kini paradigm itu perlu diubah karena gerakan yang dipelopori pemuda ini lebih bersifat pengabdian kepada masyarakat.
Hal itu ditunjukkan dengan kegiatan yang berorientasi sosial, seperti membangun jembatan di daerah -daerah terpencil yang sulit dijangkau.
Seperti yang dilakukan Pramuka Kwarda Jabar. Dalam kurun waktu setahun, mereka telah membangun tujuh dari 10 jembatan dari bambu di wilayah Kabupaten Bandung. Antara lain di Pangalengan, Ibun, dan Cimaung.
''Meski bahannya mayoritas menggunakan bambu dan disambung dengan cara teknik mengikat, jembatan ini tampak kokoh dan mampu menahan terjangan air sungai yang dilewati jembatan itu. Sebab pengerjaan jembatan ini juga memadukan teknologi mekanik seperti pembetonan dan lainnya,'' kata Ketua Kwarda Jabar, Dede Yusuf Effendi, Sabtu(29/11).
Jembatan bambu hasil kreasi anggota Pramuka ini, bukan hanya sebatas untuk pejalan kaki. Jembatan ini ada juga yang memiliki lebar 2 meter lebih hingga bisa dilalui kendaraan roda dua. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas masyarakat setempat.
Ide pembuatan jembatan bambu ini bermula ketika dirinya mendapat masukan dari masyarakat maupun para anggota Pramuka di daerah. Mereka mengeluh, selama ini d isejumlah daerah anak-anak sekolah maupun masyarakat harus melewati sungai hanya dengan menggunakan jembatan dari sebuah batang bambu atau bergelantungan pada tali.
"Saya katakan pada para anggota Pramuka jangan hanya mengeluh, tapi harus berbuat dengan memanfaatkan semua komponen," ujarnya.