Senin 23 Feb 2015 19:00 WIB

Muhammadiyah Terapkan Kurikulum Integrasi Ilmu Barat-Islam

Rep: c64/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto: Photobucket.com/ca
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah perguruan tinggi Muhammadiyah menerapkan disiplin ilmu dan kurikulum yang diintegrasikan dengan konsep ilmu Islam dan Barat. Hal ini bertujuan agar ilmu pengetahuan yang diberikan lebih bermanfaat bagi kehidupan. 

"Kami sudah memulai penerapan integrasi ilmu ini di Fakultas Psikologi sejak 2012 lalu. Dan, tidak hanya melakukan kajian dari Barat saja," ujar Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) bidang Al Islam dan Ke-Muhammadiyahan, Zamahsari dalam  Seminar Kurikulum "Integrasi Islam dan Disiplin Ilmu" di Jakarta, Senin (23/2). 

Ia melanjutkan, gerakan yang mengintegrasi disiplin ilmu barat dan islam itu, juga diterapkan di Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal itu dilakukan, sebagai bentuk kelanjutan dari gagasan KH Ahmad Dahlan yang sejak 1920 menginginkan integrasi adanya integrasi antara ilmu Barat dan Islam. 

Menurutnya, integrasi itu membutuhkan energi yang besar, dari mulai peta jalan, kajian, hingga sumber daya manusia. Salah satu jalan yang dilakukan adalah dengan melakukan kritik terhadap ilmu sekuler dari Barat dengan menggunakan konsep-konsep Islam. Kemudian, melakukan perbandingan di antara keduanya pada tingkat empiris. 

Dalam pengembangan kurikulum ini, Muhammadiyah turut mengundang sejumlah ilmuan Islam dari International Islamic University Malaysia (IIUM) yang telah melakukan Islamisasi Ilmu Pengetahuan secara besar-besaran di Malaysia. Ilmuwan itu, antara lain,  Kamal Hasan, Prof Hazizan Md Noon dan Alizi bi Alias. 

"Integrasi ilmu pengetahuan barat dan Islam yang telah kami lakukan dengan melalui berbagai disiplin ilmu seperti di Fakultas Kedokteran," ujar Mantan Rektor IIUM, Kamal Hasan. Selain itu, melalui juga budang teknologi informasi, sains, sosial, ekonomi hingga kependidikan. 

Ia mengatakan, sejak Malaysia dijajah barat, ilmu-ilmu di Malaysia binaan Barat menafikan ilmu wahyu. Oleh karenanya, perlu ada paradigma baru yang mampu mengharmonisasi ilmu-ilmu Barat ini dengan ilmu Tauhid. 

Menurutnya, pemisahan ini merupakan kedzaliman terhadap Allah dan itulah alasa mengapa IIUM segera didirikan pada 1983. Sebut saja, salah satu contohnya pada ilmu sains sosial yang mengajarkan sosiologi dan psikologi dengan memasukkan perspektif Islam. Serta, pengajaran ilmu hukum yang tidak hanya berbasis hukum Inggris tetapi juga hukum syariah. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement