REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- USAID Prioritas memberikan penghargaan Anugerah Literasi Prioritas pada 19 kabupaten/kota se-Indonesia atas dukungannya terhadap peningkatan budaya literasi. Sebanyak 19 dari 92 kabupaten/kota dinilai mampu mewujudkan program literasi sekolah dan lingkungan yang bermutu.
"Kami berupaya meningkatkan pemahaman membaca siswa, serta mengembangkan minat baca," kata Direktur USAID Prioritas, Stuart Weston di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Senayan, Jakarta, Senin (20/3).
Ia menjelaskan, program ini dimulai pada 2012 untuk mengembangkan budaya literasi pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs di sejumlah daerah di Indonesia. USAID Prioritas menggunakan sejumlah kriteria untuk menentukan kabupaten/kota sebagai model literasi.
Pertama, program literasi dipayungi dengan peraturan daerah. Kedua, ada anggaran yang jelas di APBD untuk pembiayaan program literasi. Ketiga, ada tim dan koordinator yang jelas untuk mengawal pelaksanaan program. Keempat, sekolah menerapkan kegiatan 15 menit membaca. Kelima, ada program yang jelas tentang suplai buku ke sekolah. Keenam, ada program pelatihan guru dan sekolah dalam pengembangan literasi.
Berdasarkan kriteria tersebut, ada 19 kabupaten/kota yang diajukan ke Kemendikbud menjadi kabupaten/kota literasi, yakni, Aceh Barat Daya, Bireun, Labuhanbatu, Serdang Bedagai, Serang Tangerang, Kota Cimahi, bandung Barat, Tasikmalaya, Banjarnegara, Demak, Sragen, Banyuwangi, Blitar, Lumajang, Sidoarjo, Sidrap, Maros, dan Wajo.
Ia menyebut, salah satu program utama kabupaten/kota literasi yakni, membangun sekolah model, pembiasaan, suplai buku, motivasi dan peningkatan kemampuan membaca anak kelas awal SD/MI menggunakan buku bacaan berjenjang.
Sementara itu, Direktur Pendidikan USAID Indonesia Peter Cronin menyebut kerja sama anatara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan pendidikan genereasi muda, khususnya di bidang ekonomi, kemempuan membaca dan berpkir kritis membentuk pendidikan yang lebih baik.
"Kerja sama ini untuk meningkatkan skil membaca," jelasnya.
Cronin menyebut, USAID melatih 200 ribu pada guru, kepala sekolah, dan supervisor. Kerja sama ini juga memberi kesempatan belajar yang lebih baik pada tujuh juta murid di lebih dari 31 ribu SD/MA/ SMP.
"Banyak perubahan positif dari program ini. Guru dilatih untuk kegiatan berpikir dan mengatasi masalah. Para siswa diajarkan membaca dan menigkatkan budaya baca," tutur dia.
Cronin menggaris bawahi komitmen kerja sama ini mengalokasikan 15 juta dolar untuk literasi. Ia mengepresiasi komitmen pemerintah daerah untuk kerja sama dan inovasi yang lebih baik.