REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Dua siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Yogyakarta, Aura Nilam Sari dan Hanifa Noor, berhasil mengolah limbah biji alpukat menjadi mi. Makanan ini menyehatkan karena di samping mengandung vitamin E dan vitamin B1, B2 dan B3, mi tersebut juga menggunakan warna alami dari buah-buahan dan sayuran.
"Baru-baru ini kami ikut Lomba Karya Ilmiah Remaja tingkat nasional yang diselenggaraan Universitas Islam Indonesia(UII), Alhamdulillah masuk 10 besar,’’ kata Hanifa kepada Republika, Jumat (7/4).
Yang melatarbelakangi kedua siswa tersebut membuat mi Rainbow Persea Americana Mill (nama latin biji alpukat-Red), karena melihat biji alpukat terbuang begitu saja dan menjadi limbah.
"Kebetulan Saya dan Aura suka jus alpukat dan kami melihat biji alpukat dibuang begitu saja di tempat penjual jus. Kemudian kami coba mencari informasi di jurnal tentang kandungan biji alpokat. Ternyata mengandung pati 23 persen. Akhirnya kami coba untuk menjadi bahan campuran mi," ungkap Hanifa.
Ia mengungkapkan sekarang ini banyak orang yang suka mi instan yang banyak mengandung MSG. ‘’Karena itu kami ingin membuat mi yang berasal dari bahan alami dan tidak mengandung pewarna maupun perasa. Namanya Mi Rainbow Persea Americana Mill atau Mie Baper Cail MAN 2,’’katanya.
Untuk pembuatan mi tersebut, kata Hanifah, tidak sulit. Bahannya antara lain biji alpukat, tepung terigu, dan telur. Sedangkan untuk pewarnanya berasal dari buah naga, wortel, daun kelor, dan kunyit. Sedangkan bumbunya antara lain bawang merah, bawang putih, garam, cabai merah dan kunyit.
Cara membuatnya: biji alpukat dicuci lalu dikupas, kemudian diparut. Setelah itu diperas lalu perasannya diendapkan diambil patinya. Endapan tersebut dikeringkan dalam oven selama 30 menit. Setelah kering dibuat adonan mie yang dicampur dengan tepung terigu, telur dan pewarna alami. Setelah tercampur digiling menggunakan gilingan untuk membuat mi.
Selanjutnya untuk kemasannya dibuat kemasan dengan gambar wayang dan motif batik parang. Hal itu merupakan ciri khas Yogya. Sehingga kalau sudah diproduksi dalam jumlah banyak bisa sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. Ada lima gambar wayang yang masing-masing gambar dibuat satu kemasan dengan warna yang berbeda-beda yakni: Bhima varian Kuning dari kunyit; Puntodewa varian original; Sadhewa varian ungu dari sari buah naga; Nakula varian jingga dari sari wortel; Arjuna varian hijau dari daun kelor. Harganya setiap kemasan sekitar Rp 6.000 dengan isi sebanyak 160 gram.
"Kami baru membuat 30 bungkus karena baru awal pembuatan . Rencananya akan kami buat sebagai produk UMKM. Kami akan membuatnya di asrama MAN 2 karena saya tinggal di asrama. Kami berdua berasal dari luar Jawa, Aura yang kini kelas XI IPS3 dari Palembang sedangkan saya kelas XI Agama dari Batam Riau,’’ kata Hanifa.