Senin 12 Jun 2017 15:05 WIB

Sekolah 5 Hari Dinilai tak Penuhi Kebutuhan Belajar Siswa

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Nur Aini
Pelajar Sekolah Dasar.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pelajar Sekolah Dasar. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kebijakan sekolah lima hari yang diwacanakan oleh Kementerian Pendidikan menuai beragam tanggapan dari berbagai pihak. Pelaku pendidikan menilai penyelenggaraan sekolah lima hari masih kurang memenuhi kebutuhan belajar siswa.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMPN 2 Mlati Kabupaten Sleman Rini Trimurti. "Sekolah kami siap saja menjalankan kebijakan tersebut kalau sudah ditetapkan. Tapi saya rasa lima hari itu masih kurang. Toh anak-anak masih perlu jam tambahan belajar, baik untuk kegiatan akademik atau ekstrakulikuler," katanya pada Republika.co.id, Senin (12/6).

Ia mengatakan, saat ini SMPN 2 Mlati sudah menyelenggarakan full day school mulai Senin sampai Sabtu. Di mana jam pelajaran akademik dimulai pukul 07.15 sampai 13.00, kemudian dilanjutkan dengan pelajaran tambahan sampai pukul 15.15 bagi siswa kelas tiga serta ekstrakulikuler bagi siswa kelas satu dan IIX dua.

Jika sekolah hanya digelar sampai hari Jumat, maka jam pembelajaran pada hari Sabtu harus hilang. Otomatis jam belajar siswa pun berkurang. Di sisi lain Rini menyampaikan, jika pemerintah tetap ingin menerapkan sekolah lima hari, maka perlu ada sekolah percontohan terlebih dulu. "Jadi mesti ada percontohan dulu. Supaya kami bisa belajar dan menilai hasil dari kebijakan tersebut. Jangan mendadak tahun ini harus diterapkan," katanya. Ia menuturkan, pemerintah juga harus menghitung ketersediaan sarana dan prasarana sekolah dalam menjalankan kebijakan lima hari sekolah.

Hal serupa diungkapkan oleh Kepala Persatuan Guru Republika Indonesia (PGRI) Sleman Sudiyo. Secara umum ia tidak keberatan dengan kebijakan tersebut. Menurut Sudiyo, sekolah yang sudah biasa pulang sore tidak akan mengalami kendala dalam melaksanakan kebijakan ini. Tapi bagi sekolah yang belum biasa harus diberi sosialisasi lebih intens. Pemerintah juga harus mengantisipasi terkait jam makan siang, baik untuk guru maupun siswa. "Meski begitu menurut saya lebih baik Sabtu tetap masuk untuk pengembangan diri atau ekskul," kata Sudiyo.

Selain itu, ia mengingatkan agar pemerintah mempertimbangkan jam mengajar olah raga terutama bagi SD yang masih menghadapi kendala. Pasalnya jam olah raga hanya diperkenankan pada pagi hari. "Kalau lima hari sekolah jadwalnya bagaimana. Sementara tidak srmua srkolah punya gedung olah raga," kata Sudiyo. Belum lagi prinsip belajar itu adalah 7 kali 1 jam lebih baik daripada 1 kali 7 jam. Karena itu ia menilai sekolah enam hari jauh lebih baik daripada lima hari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement