REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masa Ta'aruf (Mataf) merupakan tradisi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyambut mahasiswa baru. Kali ini, UMY menghadirkan Ketua Dewan Pertimbangan MUI dan Chairman CDCC, Din Syamsuddin, sebagai pembicara di Mataf 2017.
Dalam kesempatan itu, Din mengajak para mahasiswa baru UMY untuk menjadi pribadi yang intelektual dan pemberani, untuk memberikan perubahan kepada bangsa dan negara. Ia menilai, itu bermanfaat agar dapat memberi kontribusi yang baik untuk negara.
"Anda dituntut jadi seorang yang intelektual, yang didefinisikan dengan seorang yang mampu berpikir kritis dan cenderung mengamati permasalahan yang terjadi di masyarakat, lalu mampu mempromosikan sebuah solusi," kata Din di Sportorium UMY, Senin (21/8).
Ia menekankan, lewat intelektual seseorang dapat berpikir kritis, sehingga mengedepankan akal pikiran dan rasionalitas, bukan emosi. Intelektual, lanjut Din, membuat seseorang cenderung melakukan pengamatan dan penelitian akan masalah, apa yang terjadi.
Artinya, orang itu akan menjadi penghasilkan solusi, menjadi pemecah masalah dan bukan jadi sumber masalah. Menurut Din, untuk mampu berpikir kritis bahkan diajarkan dalam Islam, sebagaimana dicerminkan dalam istilah ulul albab.
"Alquran mengajak kita menjadi pribadi yang berpikir dan berakal, ini dapat kita ketahui dari banyak firman-Nya, ada pula istilah ulul albab yaitu seorang yang mampu menggabungkan kemampuan intelektual dan spiritual," ujar Din.
Din menilai, mereka merupakan orang yang mampu berdzikir kepada Allah, baik ketika berdiri atau berbaring, dan memikirkan apa-apa yang terjadi di dunia. Menurut Din, sosok itu yang harus menjadi panutan karena dapat merancang masa depan dengan baik.