REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program keahlian ganda telah disambut oleh banyak tenaga pengajar saat ini. Tujuannya agar mereka dapat mengajar di dua tempat dengan keahlian yang berbeda.
Menurut Pengamat Pendidikan Doni Koesoema, program ini tidak akan bisa melahirkan sosok guru yang ideal. Apalagi diharapkan untuk dapat mencetak sekolah-sekolah bermutu dan siswa-siswa berkualitas.
"Guru mata pelajaran biasa diminta mengajar yang produktif, (misalnya) tataboga, otomotif, ini sangat jauh dari ideal untuk kesiapan guru yang berkualitas di SMK, ujar Doni saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (24/10).
Doni menyarankan agar pemerintah berhenti memperbanyak sekolah-sekolah SMK. Pasalnya pemerintah dianggap tidak mampu untuk menyediakan guru-guru yang sesuai dengan bidangnya. "Pemerintah jangan malu, hentikan dulu itu membuat sekolah-sekolah baru, SMK, memperbanyaknya tanpa mempersiapkan gurunya," ujar dia.
Doni juga menganggap saat ini kualitas tenaga pengajar Indonesia terbilang rendah. Sehingga daripada membuat program keahlian ganda akan lebih baik jika menggembleng guru yang sudah ada untuk memperbaiki kualitasnya. "Daripada memaksakan guru biasa menjadi guru produktif dengan keahlian ganda. Mending yang sudah bekerja ini diperbaiki kualitasnya, itu akan meningkatkan kualitas guru," terang dia.