Sabtu 25 Nov 2017 08:47 WIB

Murid Bermasalah, Berkah Seorang Guru

Zulfikri Anas.
Foto: dok. IB
Zulfikri Anas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sukses mencetak murid cerdas jadi pandai, bukan hal hebat bagi seorang guru. Guru yang hebat adalah yang mampu mengajar dan mendidik murid yang lemah atau bermasalah menjadi pribadi yang baik, dalam akademik maupun non-akademik.

“Berkah terbesar bagi seorang guru adalah ketika ia mendapatkan murid yang bermasalah dan lemah tak berdaya karena kehadiran murid-murid yang seperti itu akan melebarkan jalan bagi guru untuk mendapatkan pekerjaan yang bernilai ibadah yang nilainya tanpa batas,” kata Direktur Institut Indonesia Bermutu (IIB) Zulfikri Anas dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (25/11).

 

Di mata pakar kurikulum itu, justru seorang guru harus berterima kasih manakala mendapatkan murid yang lemah dan bermasalah. “Berterimakasihlah kepada mereka yang telah memperkuat kesabaran,  memperdalam keimanan,   mempertinggi ilmu kita sebagai guru,” tuturnya.

Menurut penulis buku Kurikulum Untuk Kehidupan dan Sekolah Untuk Kehidupan itu, keberadaan murid lemah dan bermasalah di sebuah sekolah justru merupakan fasilitas istimewa dari Allah. “Kehadiran mereka merupakan fasilitas istimewa dari Allah untuk mengangkat derajat kita sebagai guru.  Satitiak jadikan lawik,  sakapa jadikan gunuang (setetes jadikan laut,  sekepal jadi gunung).  Itulah makna kehadiran mereka. Selamat Hari Guru Nasional, 25 November 2017,” papar  Zulfikri Anas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement