REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Panitia Pelaksana Asian Para Games 2018 Sylviana Murni ingin anak-anak sekolah diberi kegiatan belajar di luar kelas (outing class) selama Asian Para Games berlangsung di Jakarta pada Oktober 2018. Namun, berbeda dengan Asian Games, mereka tidak akan diliburkan.
"Mereka bukan tidak sekolah, saya paling enggak suka, karena saya mantan kepala Dinas Pendidikan. Paling enggak suka bilang anak libur," kata Sylviana di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (20/4).
Menurut Sylvi, libur sekolah selama perhelatan internasional itu hanya akan mengganggu jam pelajaran yang sudah tertata dengan sangat baik sepanjang tahun. Oleh karena itu, mereka diberi kegiatan pengganti.
Selama tujuh hari pelaksanaan Asian Para Games, tepatnya 6 hingga 13 Oktober nanti, meeka akan diminta meramaikan venue-venue Asian Para Games dan menampilkan keterampilan mereka. Menurut Sylvi, kegiatan belajar di luar kelas ini bisa dikonversi ke berbagai pelajaran, misalnya pendidikan lingkungan kebudayaan Jakarta (PLKJ), olahraga, dan sebagainya. Ini bisa ditentukan sesuai kebijakan masing-masing sekolah.
Kegiatan ini akan dilakukan secara bergilir. Ada yang diberi tugas di rumah dalam bentuk pekerjaan rumah (PR), dan ada pula yang berkegiatan di lokasi venue. "Lokasi venue jadi memang sudah disiapkan dan saya bersyukur mereka punya konsep yang cukup baik untuk outing school," ujar dia.
Sebelumnya di hari yang sama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno juga merencanakan akan mengajak anak berkebutuhan khusus untuk meramaikan kegiatan Asian Para Games. "Saya mau undang kalau boleh, diizinkan oleh Pak Toto, mau undang buat di Asian Para Games buat di pembukaannya," kata dia.
Mereka juga akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Sandiaga meminta mereka menjadi relawan, guide, dan meningkatkan antusiasme masyarakat terhadap Asian Games.