REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tindakan siswa SMKN 3 Yogyakarta yang terekam kamera melakukan perbuatan tak pantas kepada kepada guru disesalkan banyak pihak. Bahkan, perilaku tersebut dinilai telah memperlihatkan kriris budi pekerti di sekolah.
"Ada semacam krisis budi pekerti dikalangan murid, disebabkan karena fokus pengajaran kita itu hanya menitikberatkan kepada aspek kognitif," kata Pengamat Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Endro Dwi Hatmanto kepada Republika, Jumat (22/2).
Ia mengatakan, krisis ini disebabkan karena sekolah yang kurang menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Kebanyakan sekolah lebih berorientasi kepada peningkatan akademik dan mengesampingkan pendidikan karakter. Untuk itu, perlu adanya integrasi pendidikan antara soft skill dan pendidikan karakter agar siswa dapat membangun pribadi peserta didik menjadi lebih baik.
"Menurut ahli pendidikan karakter Thomas Lickona, ada tiga hal dalam pembentukan karakter. Mengajarkan moral knowledge, moral feeling dan moral action," kata Endro.
Seperti diketahui, siswa berinisial OS, kelas X, Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR), SMKN 3 Yogyakarta terekam kamera mendorong dan menantang gurunya. Kejadian itu diawali karena siswa yang tidak terima dengan guru yang mengambil telpon genggam miliknya sebelum ujian dilakukan.
Kepala Sekolah SKMN 3 Yogyakarta, Bujang Sabri mengatakan, masalah tersebut telah diselesaikan. Bahkan, siswa yang bersangkutan telah meminta maaf kepada gurunya yang bernama Sujiyanto.
Walaupun begitu, sanksi tetap diberlakukan. Pembinaan melalui pendidikan karakter pun, juga akan dilakukan.
"Yang jelas sanksi tetap ada, karena anak itu melanggar aturan, menggunakan HP saat ulangan. Kan ada tata tertibnya," kata Sabri saat kepada Republika.