REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menanggapi pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim soal dosa pendidikan. Ramli mengatakan, tiga dosa yang disebutkan oleh Nadiem hanya merupakan akibat dari pendidikan yang ada dan bukan akar masalahnya.
Nadiem sebelumnya mengatakan ada tiga dosa pendidikan di Indonesia yang ingin segera dihilangkannya. Ketiga dosa tersebut yakni intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan.
"Sebenarnya ketiga dosa besar tersebut hanyalah dampak dari buruknya sistem pendidikan kita," kata Ramli, pada Republika.co.id, Senin (24/2).
Menurut dia, banyak dosa lain yang justru lebih besar dan murni merupakan dosa pendidikan. Di antaranya adalah buta matematika, gagal literasi, kegagalan pendidikan karakter, pengangguran alumni SMK, hingga belajar bahasa Inggris enam tahun namun tidak bisa berucap tanpa bantuan kursus.
"Jeleknya kurikulum, buruknya tata kelola dan rendahnya kualitas guru menjadi penyebab semua masalah itu, yang menyebabkan siswa tidak senang belajar dan berujung pada stress," kata dia lagi.
Ia melanjutkan, IGI sejak dulu mengetahui hal tersebut dan berusaha melakukan sesuatu. Ramli menjelaskan, IGI mengembangkan gerakan pemberantas buta matematika atau Gernas Tastaka. Menurut dia, gerakan tersebut justru lebih nyata dalam menangani masalah pendidikan di Indonesia.
Selain itu, IGI juga melatih ratusan ribu guru di Indonesia agar mampu memberikan pembelajaran yang menyenangkan. Jika pembelajaran menyenangkan dan guru memiliki kompetensi guru yang memadai, maka siswa akan senang belajar. Potensi intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan akan semakin kecil terjadi.
"Jadi Pak Menteri, jangan hanya melihat permukaannya karena di permukaan kita akan melihat tiga dosa pendidikan itu, padahal sesungguhnya banyak dosa pendidikan lain yang jauh lebih serius," kata Ramli menegaskan.