REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) menyatakan, hingga saat ini harga kedelai impor masih stabil meski nilai rupiah dalam tren pelemahan. Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin memastikan, dikarenakan harga kedelai yang stabil maka harga tahu dan tempe tidak akan naik.
Aip mengatakan sejak Agustus rata-rata harga kedelai impor Rp 7.000 per kilogram. Harga itu adalah harga di tingkat importir. Sementara, sebelum akhir 2017 dimana rupiah masih sekitar Rp 13.500 hingga Rp 13.800, harga kedelai impor sekitar Rp 6.950 per kg.
“Saat ini, harga kedelai di Amerika Serikat itu sedang turun karena sedang musim panen. Maka dari itu harga kedelai tetap stabil di tengah pelemahan rupiah,” kata Aip kepada Republika.co.id, Kamis (6/9) malam.
Ia melanjutkan, adapun harga kedelai impor di akhir 2017 sedang naik karena belum panen. Namun, di saat bersamaan rupiah saat itu masih cukup terkendali.
Harga kedelai hingga produk jadi berupa tahu dan tempe akan naik jika harga kedelai impor sedang naik disertai pelemahan rupiah yang masih berlanjut. Aip menyebut, masa-masa harga kedelai naik sekitar bulan Mei hingga Agustus karena masih dalam masa tanam.
Aip menjelaskan, dengan harga kedelai sebesar Rp 7.000 per kg, maka tahu dan tempe dijual dengan harga berkisar Rp 12.500 hingga Rp 15 ribu per kg. Namun, biasanya para perajin menjualnya per potong (150 hingga 200 gram) dan dihargai Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per potong. "Ini harga normal. Saya pastikan untuk saat ini harga tidak naik," katanya.
Saat ini anggota Gakoptindo tersebar di 21 provinsi. Seluruh perajin tahu dan tempe pun baru menggelar rapat anggota tahunan (RAT) untuk penyerapan produksi kedelai lokal secara maksimal. Menurut Aip, harga kedelai lokal masih sekitar Rp 8 ribu hingga Rp 11 ribu per kilogram karena produksi yang masih terbatas.
Produksi kedelai lokal baru bisa memenuhi sekitar 10 persen dari total kebutuhan Gakoptindo. Aip sendiri telah menjadi perajin tahu tempe sekaligus importir kedelai sejak 2011. Sebab, ia mengaku sebelumnya seringkali para impotir kedelai mempermainkan harga sehingga menyulitkan perajin tahu tempe.
Tempat produksi tahu dan tempe milik Aip terdapat di daerah Semanan, Jakarta Barat. “Di Semanan ada 1.500 rumah perajin tahu dan tempe. Ini daerah industri rumahan tahu tempe terbesar di Indonesia dengan luas sekitar 12,5 hektare,” tuturnya.