REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dunia Islam pun tak luput dari serangan teror. Salah satu aksi terorisme paling terkenal yang pernah melanda dunia Islam adalah Assassin atau Hashashin.
Dalam The Secret Order of Assassins: The Struggle of the Early Nizari Ismai'lis Against the Islamic World, Marshall GS Hodgson menuturkan kecemasan yang melanda dunia Islam dan Barat akibat aksi teror Assassin.
Assassin adalah kelompok yang sangat diperhitungkan di dunia Islam, bahkan di kalangan tentara Salib. Mereka mampu bertahan hingga dua abad sebelum takluk di bawah kekuasaan pasukan Mongol pada 1273, tak lama setelah kejatuhan Baghdad.
Bernard Lewis dalam Assassin, Kaum Pembunuh dari Lembah Alamut, menambahkan, kata Assassin, dengan beraneka ragam bentuknya, lazim digunakan di Eropa pada abad ke-13 untuk menyebut sekelompok pembunuh bayaran.
Sejarawan kuno Fiorentina dari abad ke-14, Giovanni Villani, mengabarkan bagaimana Pangeran Lucca mengirim Assassin ke Pisa guna membunuh seorang musuh yang merepotkan. Hal itu menunjukkan dampak psikologis teror Assassin di tengah masyarakat Eropa.
Menurut Hodgson, istilah Assassin yang berasal dari bentuk korup kata bahasa Arab, hashish (ganja). Catatan perjalanan Marcopolo menuliskan, kelompok ini mengisap sejenis ganja untuk menghadirkan efek tertentu yang membuat mereka berani melakukan aksi teror.
Di telinga Barat, Assassin familier sebagai kultus mistis pembunuh yang acap kali menyerang Tentara Salib. Di dunia Islam, kelompok ini menghadirkan teror dengan menyerang para pemimpin politik Saljuk dan Abbasiyah.
Kelompok Assassin adalah sebuah sekte pecahan Syiah Ismailiyah. Ia didirikan oleh Hasan al-Sabbah yang kemudian dikenal dengan nama the Old Man of the Mountain. Alwi Alatas dalam Pemburu Maut dari Lembah Alamut menulis, Hassan Sabbah lahir pada pertengahan abad 11 di Qum, Iran.
Hassan mulai membentuk basis massa dari sebuah benteng bernama Alamut di pegunungan utara Iran. Secara bertahap, ia menyusupkan pengikutnya ke dalam Benteng Alamut untuk menguasai benteng tersebut. Penguasa Seljuk berusaha merebut kembali, tetapi tidak berhasil.
Setelah menguasai Alamut, satu per satu Hasan merebut benteng-benteng strategis lain di kawasan utara Iran. Ia menjangkau benteng-benteng di pegunungan yang jauh dari pusat pemerintahan. Hassan juga membangun otoritas kuat di kalangan pengikutnya sehingga mereka memiliki ketaatan tanpa syarat.
Para pengikutnya dididik untuk siap mati melaksanakan perintah Hassan. Konon, perekrutan dilakukan dengan mengambil anak-anak dari wilayah di sekitar benteng. Mereka diasuh sedari kecil dengan doktrin-doktrin kaum Assassin.
Sebagian lagi mengatakan, para pengikut kelompok ini mengonsumsi sejenis ganja untuk menimbulkan efek halusinasi sehingga berani melakukan aksi bunuh diri. Para anggota kelompok yakin mereka akan langsung naik ke surga setelah mati.
Mereka dilatih melakukan penyamaran, penyusupan, dan pembunuhan tokoh-tokoh penting. Lewat aksi teror, para pengikutnya menargetkan kekuatan Kristen, tentara Salib, dan kelompok Suni.