REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak ibadah sunnah yang mengambil waktu pada bulan Muharram. Misalnya, puasa sunnah tiap tanggal 9 dan 10 Muharram. Dua momentum itu disebut juga Tasu'a dan ‘Asyura.
Sejak zaman jahiliyah, bangsa Arab sudah menaruh perhatian pada puasa 'Asyura. Rasulullah SAW malahan rutin melakukan puasa tersebut, sebagaimana ibadah wajib. Sesudah ketentuan puasa Ramadhan turun, status puasa Asyura menjadi sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah pada bulan Allah, yaitu Muharram” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi). Di tempat lain, beliau bersabda tentang keutamaan ibadah ini, “Puasa ‘Asyura itu dapat menghapus (dosa-dosa) satu tahun yang lalu” (HR Muslim).
Untuk tahun ini, 'Asyura jatuh pada besok (Rabu 19 September 2018) dan lusa (Kamis 20 September 2018).
Bagi siapapun yang hendak menunaikan ibadah tersebut, maka dianjurkan untuk melaksanakan sahur pada dini hari nanti. Adapun niatnya dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut, "Nawaitu shauma yaumi 'asyura `a sunnatan lillaahi ta'ala." Artinya, "Saya berniat puasa 'Asyura sunnah karena Allah Ta'ala."
Cara mengerjakan puasa ini sama seperti ibadah shaum lainnya, yakni menahan diri dari makan, minum, serta hal-hal lainnya yang membatalkan sejak subuh hingga maghrib. Demikian pula, sangat disarankan untuk memperbanyak ibadah sunnah selama menjalani puasa ini. Umpamanya, tadarus Alquran, berzikir, dan shalat tahajud serta witir.