REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, khususnya yang sistem pengairannya menggunakan irigasi diimbau untuk melakukan percepatan tanam padi. Ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso.
"Saat ini saluran irigasi yang sempat dikeringkan untuk menjalani perawatan telah dialiri air, salah satunya yang berasal dari Bendung Gerak Serayu sudah dibuka sejak 15 September 2018," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (24/9).
Selain itu, kata dia, hujan juga sudah mulai mengguyur wilayah Banyumas meskipun masih bersifat sporadis karena saat sekarang sedang berlangsung masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya telah berkoordinasi dengan para penyuluh pertanian untuk memobilisasi traktor sehingga petani dapat segera mengolah sawahnya
"Kami berharap pada akhir September ini sudah ada petani yang tanam padi. Namun kalau memang belum bisa, berarti sesuai dengan target awal, yakni bulan Oktober," katanya.
Ia mengatakan jika petani bisa tanam padi pada September, panennya akan lebih awal sehingga harga gabahnya masih bagus. Widarso memperkirakan luasan lahan sawah irigasi di Kabupaten Banyumas yang bisa ditanami padi pada bulan September sekitar 1.500 hektare.
"Kalau Oktober, luasan tanamnya diperkirakan bisa mencapai 10 ribu hektare," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui jika selama musim kemarau di Kabupaten Banyumas tetap ada petani yang panen padi dan segera menanami sawahnya kembali setelah selesai panen karena ketersediaan airnya mencukupi. Menurut dia, area persawahan itu berada di daerah sabuk Gunung Slamet, yakni Kecamatan Pekuncen, Ajibarang, Cilongok, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturraden, dan Sumbang.
"Luasan lahan sawah yang berada di lereng Gunung Slamet itu hampir mencapai 6.000 hektare," katanya.