REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dari waktu ke waktu delima menyebar luas di wilayah Asia di antaranya Turkmenistan, Afghanistan, India, Cina, dan negara Asia lainnya. Kemudian masuk ke Afrika Utara dan Mediterania, tak terkecuali Eropa.
Buah ini diperkirakan pertama kali sampai ke Yunani melalui jalur laut Mediterania. Lalu masyarakat Spanyol dan Portugal dapat mengonsumsinya berkat jasa pedagang yang menempuh jalur laut.
Delima diperkirakan sampai ke India dan Cina melalui jalur sutra dan berakhir di Jepang. Seiring berkembangnya jalur perdagangan, para pegiat niaga sampai ke negara-negara di Samudera Hindia seperti Iran pada abad pertama Masehi. Lalu sampai ke Indonesia pada abad ke-15.
Pelaut Spanyol baik tentara maupun misionaris membawa tanaman ini ke `dunia baru' seperti Amerika dan Meksiko. Masyarakat di sana kemudian mengembangkannya dalam perkebunan dan pertanian.Penyebarluasan delima ke berbagai daerah terjadi kerena daya tahan tanaman ini yang luar biasa (Ram Chandra, K Dhinesh Babu, Vilas Tejrao Jadhav, Jaime A Teixeira da Silva: 2010).
Delima liar yang berkembang sejak ribuan tahun lalu masih tumbuh di area Pegunungan Kopet Dag sebelah utara Turkmenistan yang berbatasan dengan Khurasan Iran.Daerah tersebut disinyalir sebagai asal buah unik ini tumbuh dan berkembang.
Kini daerah itu menjadi tempat budi daya delima dan buah lainnya dari berbagai belahan dunia. Area itu kini disebut Pusat Pertanian Garrygala yang dibangun ahli botani Rusia Nikolai Vavilov (1887-1943).
Dia memilih dan meneliti tempat tersebut selama 30 tahun. Dari situ Vavilov menyimpulkan kondisi subtropis di pegunungan dan dataran tinggi cocok untuk budi daya delima dan kacang-kacangan.
Dr Gregory Levin adalah ilmuwan yang sangat konsen terhadap delima.Masa mudanya dihabiskan untuk menelusuri dan mencari delima di sekitar Asia Tengah. Hasilnya, dia menambah banyak jenis delima hingga mencapai 1.117 macam. Asalnya dari 27 negara dan empat benua.
Dia juga menulis lebih dari 300 makalah tentang delima yang terbit di berbagai jurnal internasional. Penelitiannya menjadi rujukan pengembangan pertanian dunia terkait penanaman dan pengembangan delima di berbagai negara (Barbara L Baer: 2006).
Menurut Morton dalam Fruitsof Warm Climates(1987), delima menjadi salah satu komoditas unggulan.Morton mencatat, buah ini pertama kali tersebar ke wilayah Nusantara sejak 1400-an. Diduga, pembawanya antara lain para saudagar Muslim dari Asia Barat yang akhirnya juga turut bermukim dan menyebarkan Islam di daerah-daerah.
Beberapa abad kemudian, ekspansi pelaut-pelaut Eropa mulai bergerak ke belahan bumi barat. Tibalah mereka di tanah tak bertuan(terra incognita) yang dinamakannya Hindia Barat (kini Benua Amerika).
Para pelaut Spanyol diketahui memperkenalkan tanaman delima ke Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan pada masa 1500-an hingga 1600-an. Sejak saat itu, perkebunan delima mulai muncul di sejumlah titik sekujur Amerika.
Sampai hari ini, delima cukup mudah diperoleh di pasar-pasar seantero Arab Saudi. Bila pembaca menunaikan haji atau umrah atau sekadar jalan-jalan ke sana, jangan sampai lupa mencicipi buah yang disebutkan dalam Alquran ini.
Kini, delima telah dikembangkan di banyak negeri, terutama yang beriklim hangat. Tanah Suci, Makkah, Madinah, dan Yerusalem, adalah beberapa contoh daerah subur penghasil delima.