Selasa 25 Sep 2018 19:44 WIB

Suriah akan Tempuh Semua Cara untuk Rebut Idlib

Zona demiliterisasi disetujui Rusia dan Turki pekan lalu.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Serangan udara dilancarkan di sekitar Idlib, Suriah
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Serangan udara dilancarkan di sekitar Idlib, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan, Suriah akan memulihkan Idlib dari militan, baik melalui perang maupun cara damai.

Surat kabar Al-Watan Suriah melaporkan, Faisal Mekdad menggambarkan perjanjian Idlib sebagai bagian dari jalur diplomatik yang lebih luas untuk menciptakan zona "deeskalasi" di beberapa daerah yang akan direbut kembali oleh pemerintah.

"Ketika kami menang di setiap bagian Suriah, kami akan menang di Idlib dan pesannya sangat jelas bagi semua orang yang prihatin dengan masalah ini: Kami datang ke Idlib melalui perang atau cara damai," kata Mekdad.

Kesepakatan Rusia-Turki pekan lalu menyetujui pembentukan zona demiliterisasi antara militan dan pasukan pemerintah di barat laut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, hampir tiga juta orang tinggal di daerah yang dikuasai militan dan memperingatkan bencana kemanusiaan jika serangan dilakukan.

Berdasarkan perjanjian itu, militan yang dianggap "radikal" akan mundur dari zona demiliterisasi pada pertengahan Oktober. Turki, yang mendukung beberapa pemberontak di Idlib, akan bersama-sama berpatroli di zona demiliterisasi dengan Rusia, sekutu Presiden Bashar al-Assad. Senjata berat harus dihilangkan dari zona demiliterisasi pada 10 Oktober.

Wilayah Idlib dan daerah sebelah utara Aleppo mewakili kubu oposisi besar terakhir di Suriah, menyusul kekalahan pemberontak anti-Assad di sebagian besar negara dalam kampanye militer yang didukung oleh Rusia dan Iran.

Militan sekutu Turki di Idlib menyambut baik kesepakatan itu. Mereka mengatakan akan mempertahankan wilayah itu dari Assad. Namun, Mekdad mengatakan semua wilayah Suriah akan kembali ke kontrol negara. Kelompok utama militan Idlib, Tahrir al-Sham, belum menyatakan posisinya dalam perjanjian tersebut.

Kelompok yang lebih kecil telah menolaknya. Turki, yang sudah menampung 3,5 juta pengungsi Suriah, bertekad untuk mencegah masuknya warga Suriah lainnya.

Turki menyatakan pasukan "radikal" harus mundur. Menurut Turki, oposisi Suriah akan tetap berada di wilayah mereka yang ada di bawah perjanjian.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement