REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengaku siap bertemu langsung dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal itu ia sampaikan dalam saluran televisi negara pada Selasa (25/9).
"Saya siap berbicara dengan Presiden AS Donald Trump. Saya ingin pertemuan tatap muka antara Donald Trump dan Nicolas Maduro," ujar Maduro dalam siaran tersebut, dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Maduro mengatakan, sanksi yang telah dijatuhkan AS tidak berguna. Sanksi itu juga merupakan penghargaan bagi para revolusioner, karena mereka menunjukkan bahwa Venezuela berani. "Bahwa kita berada di jalur yang benar, bahwa kita belum disesatkan," katanya.
Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreza mengungkapkan, jika Trump ingin bertemu Maduro, hal itu dapat segera diatur. Ia mengatakan Maduro dapat bertemu dengannya pada Rabu (26/9). "Jika Presiden Donald Trump ingin berbicara dengan Presiden Nicolas Maduro, itu dapat diatur sedini besok (Rabu)," ujar Arreza melalui akun Twitter-nya.
Baca juga, Venezuela Hadapi Krisis Ekonomi, Maduro Minta Bantuan Cina.
Departemen Keuangan AS diketahui telah menjatuhi sanksi terhadap istri Maduro Cilia Flores, Menteri Pertahanan Venezuela Padrino Lopez, Menteri Komunikasi dan Informasi Venezuela Jorge Rodriguez, dan Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez.
Venezuela diketahui tengah menghadapi krisis ekonomi selama empat tahun terakhir. Empat dari lima warga Venezuela hidup dalam kemiskinan. Akibat kondisi tersebut, masyarakat bahkan harus mengantre selama berjam-jam hanya untuk membeli makanan. Sementara yang lainnya harus mati karena kekurangan obat-obatan.
Menurut PBB, sejak 2014, sekitar 2,3 juta warga Venezuela telah meninggalkan negara tersebut. Hal itu memicu krisis migrasi terburuk dalam sejarah Amerika Latin.
Belum lama ini, Maduro baru saja melakukan kunjungan ke Cina. Tujuannya tak lain untuk meminta bantuan dana dari Cina guna mengatasi krisis ekonomi Venezuela.
Menteri Keuangan Venezuela Simon Zerpa mengatakan, Cina telah setuju untuk meminjamkan dana sebesar 5 miliar dolar AS kepada negaranya. "Cina setuju untuk memperpanjang kredit senilai 5 miliar dolar kepada Venezuela," katanya di Beijing, dikutip laman Bloomberg.
Menurut Zerpa, terdapat dua opsi dalam proses pengembalian dana pinjaman Cina, yakni dengan menggunakan uang atau minyak. "Venezuela terus mencari solusi yang disepakati bersama dengan para pemegang obligasi asing," ujarnya.
Selama lebih dari satu dekade, Cina telah menanamkan lebih dari 50 miliar dolar AS ke Venezuela. Dana dikucurkan melalui perjanjian "minyak untuk pinjaman". Hal itu berhasil membuat Cina mengamankan pasokan energinya sambil memperkuat sekutu anti-AS di Amerika Latin.