Kamis 04 Oct 2018 16:55 WIB

Dewan Muslim Inggris Latih Muslimah Jadi Pengurus Masjid

Lebih dari seperempat masjid di Inggris tidak memiliki fasilitas untuk wanita.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Para Muslimah di London, Inggris.
Foto: EPA
Para Muslimah di London, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dewan Muslim Inggris (MBC) meluncurkan skema untuk melatih kepemimpinan perempuan di masjid dan badan-badan masyarakat. Saat ini, sebanyak 20 wanita memulai program intensif enam bulan yang dijalankan oleh Dewan Muslim Inggris. Skema ini bertujuan mendukung perempuan Muslim untuk menduduki posisi kepemimpinan dalam pengelolaan masjid.

Dilansir di The Guardian, Kamis (4/10), skema tersebut juga bertujuan mendampingi perempuan Muslim. Para peserta akan mengunjungi masjid yang memiliki pengelolaan terbaik. Mereka akan dilatih public speaking.

Untuk menguatkan skema tersebut, MBC berencana menggelar konferensi nasional di Manchester pada akhir pekan ini. Konferensi itu akan membahas masa depan masjid yang mencakup partisipasi perempuan di dewan pengawas dan badan-badan lain, serta program komunitas.

Beberapa masjid di Inggris memiliki sedikit perempuan yang menduduki jabatan dewan komisaris atau manajemen. Jumlah pria Muslim lebih mendominasi daripada perempuan yang duduk di dewan pengawas.

“Kurangnya keragaman ini tidak dapat diterima dan sangat penting bagi dewan manajemen masjid dan organisasi untuk mencerminkan komunitas yang mereka layani agar berfungsi secara efektif,” kata pernyataan Komisi Amal MBC.

Inisiatif tersebut muncul karena beberapa wanita Muslim menuntut akses yang sama dan keterlibatan lebih besar dalam kepengurusan masjid. Lebih dari seperempat masjid di Inggris tidak memiliki fasilitas untuk wanita. Wanita pun memiliki akses terbatas terkait ruangan di masjid.

Pada Agustus lalu, perempuan Muslim Skotlandia meluncurkan kampanye menuntut penyediaan ruang shalat untuk wanita. Kampanye bertema "Semua Masjid Skotlandia untuk Semua" menyatakan banyak masjid di negara tersebut gagal memberikan akses dasar bagi perempuan Muslim untuk menggunakan fasilitas masjid. Sebab, kualitas ruangan sering kali tidak memadai dan tidak layak.

“Sangat disayangkan banyak masjid memiliki keterbatasan untuk perempuan. Bahkan, tidak ada perwakilan perempuan yang hadir di tingkat manajerial. Pengurus masjid tidak memberi perempuan ruang untuk terlibat,” kata MBC

Organisasi lain, Open My Mosque menyerukan adanya komitmen dari masjid untuk kesetaraan gender. Mereka juga mendesak Dewan Perempuan Muslim yang berbasis di Bradford mengumpulkan dana untuk menghadirkan sebuah masjid yang menganut prinsip keterbukaan, inklusivitas, keadilan sosial, dan suaka.

Mantan wali dari Masjid Al Manaar di London barat, Andleen Razzaq menilai selama ini perempuan Muslim melakukan pekerjaan luar biasa di masyarakat. Sayangnya, mereka tidak memiliki pengalaman menjadi perwakilan dalam kondisi mengambil keputusan. Ia beranggapan semua masjid harus mencerminkan nilai-nilai kesetaraan, inklusivitas, dan keragaman.

“Sebagian besar adalah budaya. Dalam Islam, pria dan wanita memiliki kedudukan spiritual yang setara,” kata dia.

Sekretaris jenderal MCB, Harun Khan mendukung desakan kesetaraan gender di masjid. “Marjinalisasi perempuan di masjid tidak bisa diterima,” ujar Khan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement