Rabu 24 Oct 2018 16:56 WIB

Indonesia Bidik Pasar Ekspor Baru ke Tiga Negara

Presiden Jokowi meminta para duta besar aktif membuka akses ekspor ke pasar baru

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganjurkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk membuka akses ekspor ke pasar baru melalui duta besar maupun perwakilan lain di negara lain. Mereka diminta untuk melihat potensi dan peluang produk Indonesia yang dapat masuk ke pasar non-tradisional, termasuk Afrika.

Jokowi menuturkan, akses ke pasar baru memungkinkan produk Indonesia tidak lagi bergantung ke pasar-pasar lama dan tradisional yang kerap lebih volatile atau mudah menguap. "Semakin banyak pasar, maka semakin memantapkan kita di industri yang berorientasi ekspor," tuturnya saat ditemui dalam acara pembukaan Trade Expo Indonesia di Tangerang, Rabu (24/10).

Tapi, Jokowi mengakui, masih banyak pekerjaan rumah pelaku usaha untuk mengembangkan ekspor ke pasar baru. Di antaranya yang terkait dengan pembaruan desain, perbaikan kemasan, cara pemasaran dan cara penjualan. Ia menganjurkan untuk memanfaatkan platform digital seiring dengan perkembangan revolusi industri 4.0.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, pemerintah akan menyasar tiga negara sebagai pasar baru, yakni Bangladesh, India dan Pakistan. Pembukaan pasar baru ini akan disertai dengan sejumlah terobosan, termasuk dengan mengembangkan sistem baru.

"Misalnya dengan sistem barter. Ini untuk mengantisipasi tantangan mereka selama ini, yakni devisa," ucapnya.

Selain tiga negara itu, pemerintah juga menjajaki perjanjian dagang dengan Afrika Selatan. Tapi, Enggar memperkirakan, kemitraan dengan Afrika Selatan mengalami hambatan dengan adanya masalah politik.

Untuk mengantisipasi ini, pemerintah Indonesia akan melakukan negosiasi dengan pemerintah Afrika Selatan, sehingga perjanjian dagang kedua negara bisa terjalin.

Enggar memastikan, pembukaan pasar baru untuk ekspor tidak akan mengurangi fokus pemerintah pada pasar-pasar tradisional yang telah berjalan. Pasar-pasar lama seperti Eropa, Cina dan Amerika tetap menjadi prioritas dengan meningkatkan pengiriman komoditas ke sana.

Pada bulan depan, pemerintah melalui Kemendag berencana mengikuti pameran ekspor dan impor terbesar di Cina. Tidak hanya berbicara pasar, Enggar menambahkan, pengembangan ekspor juga akan fokus terhadap perluasan produk.

Pemerintah akan fokus mendorong produk manufaktur dengan nilai tambah tinggi, seperti tekstil dan produk tekstil. "CPO (crude palm oil) dan batu bara yang menjadi dua komoditas ekspor terbesar akan tetap didorong," ujarnya.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi optimistis dengan perluasan akses pasar di negara tujuan ekspor nontradisonal, terutama di Afrika. Sebab, pada April, Indonesia sudah sepakat untuk memulai perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan tiga negara di benua Afrika, yakni Maroko, Tunisia dan Mozambik.

Retno mengatakan, potensi pasar baru juga terdapat di belahan Afrika lain seperti Tunisia, Aljazair dan Mesir. Pemerintah berencana mengintensifkan pertemuan dengan pengusaha Indonesia yang berada di negara-negara tersebut untuk membantu ekspansi pasar ke Afrika.

Selain ekspansi pasar, Retno menambahkan, pemerintah juga membawa produk BUMN dan BUMN untuk memulai kerja sama di pasar baru. Misalnya terkait pembangunan infrastruktur dan sebagainya.

"Jadi, kami usahakan untuk tidak berpusat ke ekspor, tapi juga kemungkinan investasi proyek infrastruktur di Afrika," ucapnya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan P Roeslani menjelaskan, pihak pengusaha juga melakukan nota kesepahaman dengan negara lain secara independen. Dari beberapa negara, Singapura dan India menjadi dua negara yang paling intensif dalam melakukan komunikasi. Pertemuan dengan kedua negara dilakukan tiap enam bulan sekali.

Rosan menambahkan, pada November, Kadin Indonesia akan bertemu dengan Kadin Singapura. Sebagai mitra dagang dan investor terbesar di Indonesia, Singapura dinilai sebagai mitra strategis.

"Untuk India sendiri, kita juga adakan pertemuan rutin dan ada kesepahaman mengenai kelapa sawit," ujarnya.

Pasar baru yang juga sudah terjamah adalah Afrika. Menurut Rosan, pengusaha telah mengekspor mie instan ke Afrika dan penerbangan melalui Ethiophia Airlines pada beberapa bulan lalu. Barang-barang kerajinan berbahan dasar rotan dalam bentuk furniture juga menarik untuk pasar Afrika.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement