REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengungkapkan pertumbuhan laba bersih BTN pada kuartal III 2018 sedikit melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Per September 2018, laba bersih Bank BTN tumbuh 11,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 2,236 triliun.
Sementara, pada kuartal III 2017, laba bersih BTN tumbuh mencapai 24 persen. Iman mengatakan hal tersebut dilakukan setelah mengantisipasi pemberlakuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 pada 2020.
"Mengenai laba dengan PSAK 71 yang berlaku 1 Januari 2010, terdapat perubahan mendasar dalam perhitungan penurunan nilai aset kita dari yang kerugian kredit macet yang sudah terjadi," kata Iman di Gedung Menara BTN, Kamis (25/10).
Dia menjelaskan BTN saat ini juga perlu untuk meningkatkan Cadangan Penurunam Nilai Aset (CKPN). Menurut Iman, coverage ratio BTN saat ini mencapai 46,19 persen sedangkan kuartal III 2017 40,61 persen sehingga perlu mempersiapkan CKPN 2020.
Iman menjelaskan penghitungan CKPN tentunya harus berdasarkan perkiraan kerugian kredit yang akan terjadi karena BTN berbedan dengan bank lain yang kreditnya berdasarkan cash flow. "Kalau kita kan BTN berdasarkan aset jaminan. Jadi CKPN akan lebih tinggi," tutur Iman.
Sebelumnya, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan pertumbuhan laba tersebut disebabkan pendapatan bunga bersih yang tercatat mencapai Rp 7,54 triliun. “Itu naik 15,29 persen dibandingkan triwulan III 2017 yang hanya sebesar Rp 6,54 triliun,’ tutur Maryono.
Pendapatan bunga bersih tetap terjaga, kata dia, disebabkan net interest margin (NIM) yang tetap tumbuh sebesar 4,35 persen. Dia menambahkan pertumbuhan laba dan kredit mendongkrak aset BTN menjadi Rp 272,3 triliun.
“Aset BTN per September 2018 tumbuh 17,41 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 231,93 triliun,” ujar Maryono.