Senin 05 Nov 2018 16:19 WIB

Meredam Polarisasi

Memaafkan adalah ciri menonjol orang mukmin yang patut diutamakan.

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, OLEH Wisnu Tanggap Prabowo

Ada kebahagiaan tersendiri yang kita rasakan ketika mendengar adanya seseorang yang memutuskan untuk memeluk Islam. Meski kita tidak pernah mengenal orang tersebut secara pribadi atau bahkan bertemu dan melihatnya secara langsung, sukacita sekaligus rasa haru merasuk ke hati kita.

Ini semua di antara tanda kecintaan kita terhadap Islam dan menginginkan ke baikan Islam itu bagi seluruh manusia. Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya sampai ia men cintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.

(Bukhari Muslim).

Sebaliknya, kita akan merasa sedih ketika ada musibah yang menimpa kaum Muslimin, baik musibah yang menimpa aspek dunia mereka, terlebih agama mereka. "... Jika satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam. (HR Muslim).

Keunikan inilah salah satu karakter Islam yang indah sekaligus disegani. Indah karena seluruh kaum Muslimin memiliki ikatan yang kuat, ikatan yang tidak mengenal batas kesukuan, ras, atau geografis, sebuah ikatan yang terjalin oleh iman.Disegani karena kolektivitas ini memben tuk keseragaman sikap mayoritas kaum Mus limin di se luruh dunia, keseragaman yang menggerakkan.

Contoh sederhananya adalah mobilisasi haji setiap tahunnya. Hambat an materi dan fisik tidak menghalangi panggilan iman di hati yang mendorong jamaah haji untuk melampiaskan kerinduan akan Rabb- nya. Ini bukti bahwa Islam bukanlah sebuah cara pandang materialistik, sekaligus mendorong manusia memiliki pola pikir melampaui dimensi keduniaan dan kebendaan.

Warna kulit, bahasa, suku, atau kelamin bukanlah penghalang ukhuwah Isla miyah. Namun, ketika kaum Muslimin berkutub-kutub hingga saling curiga, mencela, dan mengumpat, ukhuwah akan mengendur. Polarisasi seperti inilah yang melemahkan jalinan persaudaraan.

Allah SWT berfirman, "Sesungguh nya orang-orang mukmin adalah bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS al-Hujurat: 9-10).

Sering kali manusia melakukan kezaliman yang berimbas pada renggangnya ukhuwah dan tajamnya polarisasi. Sementara itu, mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah di antara tanda ketawadhuan dan kebesaran hati yang juga menandakan kejujuran tobat.

Memaafkan adalah ciri menonjol orang mukmin yang patut diutamakan. Adapun keangkuhan merupakan pintu masuk tipu daya iblis yang dapat membuat manusia tidak lagi mampu dan mau melihat yang benar sebagai kebenaran dan yang salah sebagai kesalahan. Allahua'lam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement