REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana untuk memberikan kesempatan kepada atlet junior di SEA Games 2019 dianggap terlalu mepet untuk diterapkan. Sebab, masih ada jarak kemampuan atlet senior dan junior.
Atlet wushu Indonesia Achmad Hulaefi mengatakan, di wushu, perbedaan kemampuan antara senior dan junior masih sangat jauh. Sehingga, sulit mengharapkan atlet junior merebut medali di SEA Games 2019.
"Di wushu ada jurus-jurus. Nah, biasanya kalau yang junior ini penguasaan jurus belum sebanyak yang senior. Kalau target mereka bukan medali sih tidak masalah," kata dia.
Peraih medali perunggu Asian Games 2018 lalu ini bahkan tidak jadi pensiun karena belum ada penerus yang kemampuannya setara atau mendekati dirinya. Ia masih diminta untuk bertanding lagi di pentas internasional.
"Itu karena masih junior masih jauh kemampuannya," katanya.
Jomplangnya kemampuan atlet junior dan senior ini karena dukungan daerah masih minim. Ia mengatakan, kalau masuk pemusatan latihan nasional dukungan pemerintah sudah bagus.
"Semua diperhatikan. Namun kalau masih jadi atlet daerah masih susah, dukungan belum maksimal" , tuturnya.
Menurut Hulaefi, bahkan untuk latihan para atlet masih kesulitan. Sebab, lokasi latihan banyak yang jauh dari tempat tinggal atlet dan sulit di jangkau. Daerah lebih banyak mengandalkan klub-klub wushu.
"Kalau memang mau memberikan kesempatan atlet junior. Banyak juga kejuaraan internasional level junior. Kalau untuk di SEA Games 2019 akan sulit bersaing, apalagi kalau targetnya medali pasti sulit," kata Hulaefi.
Pesilat Puspa Arumsari melontarkan harapan agar atlet junior menjadi pendamping senior. Menurut dia, itu lebih bagus.
"Ini agar kemampuannya bisa mengikuti dan sebagai regenerasi juga. Hal ini bagus juga untuk menyadarkan kelayakan seniornya yang mungkin secara fisik akan cenderung terlihat lebih baik juniornya," kata peraih emas Asian Games 2018 ini.