REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sepak Bola Belanda berduka. Kekalahan 1-2 dari Jerman, Kamis (14/6) dini hari, membuat Oranye terancam angkat koper dari Piala Eropa 2012. Ancaman sejarah terburuk sejak 1984 membayangi persepakbolaan Negeri Kincing Angin.
Reaksi bermunculan dari pemain sesuai kekalahan 90 menit atas Jerman. Seperti dilansir harian utama Belanda, De Telegraaf, Wesley Sneijder jadi orang pertama yang buka suara. “Kami memohon maaf,” ujarnya sembari berlalu menuju kamar ganti.
Sedangkan, Rafael van Der Vaart pelontar komentar paling keras. “Berengsek!,” ujarnya. Pernyataan yang langsung dinetralisir gelandang jangkar Belanda, Nigel De Jong. “Tidak, bukan hal yang memalukan kalah dari Jerman,” kata gelandang yang memiliki darah Indonesia itu.
Seraya dengan pandangan De Jong, sang kapten Mark Van Bommel justru mengambil pelajaran dari hasil di Kharkiv. “Peluang masih terbuka. Kami harus menang di laga terakhir,” ujar pria yang juga menantu dari sang pelatih Bert Van Marwijk.
Dominasi Permainan
Di laga melawan Jerman, Belanda mengawali pertandingan dengan meyakinkan. Bahkan dalam 90 menit laga, Tim Oranye boleh dikatakan mendikte permainan Jerman. Statistik membuktikannya.
Belanda mampu memegang penguasaan bola dengan persentase 52 persen atas Jerman. Sebanyak 13 kali tendangan pun dilancarkan ke gawang Manuel Neuer. Sebaliknya, gawang Belanda mendapat 12 kali ancaman dari Jerman.
Namun, dominasi dan keunggulan statistik Belanda mampu diredam Jerman dengan permainan efektif. Ciri klasik Jerman mengandalkan “staying power” akhirnya membuat Belanda tersungkur.
Dua hujaman yang dilesakkan penyerang Mario Gomez di babak pertama praktis menyudutkan posisi Belanda di ujung tanduk. Sekalipun Robin Van Persie mampu mencetak gol di babak kedua, Belanda tidak mampu menghindari kekalahan kedua di dua laga awal Grup B.
“Jerman bermain sangat tajam,” ujar Dirk Kuijt yang memilih memuji sang lawan ketimbang meratapi nasib timnya.
Pandangan Kuijt diamini sang pelatih Berat Van Marwijk. Namun, Marwijk juga menyalahkan dua pemain sayapnya atas kekalahan malam itu. “(Arjen) Robben dan (Ibrahim) Afellay tidak mampu memanfaatkan keunggulan kecepatannya malam ini,” sesal Marwijk.
Disalahkan sang pelatih, tidak membuat Robben reaktif. Dia pun hanya berujar singkat. “Ini bukan malam saya,” ujar Robben yang meninggalkan lapangan lewat sisi penonton saat diganti Marwijk.
Pemain Bayern Munchen ini mencoba optimis. Dia yakin Belanda masih berpeluang di laga hidup mati lawan Portugal. “Kami akan memberikan yang terbaik hingga saat terakhir nanti.”
Rangkuman komentar dari punggawa Oranye ini langsung dibingkai harian Telegraaf dengan tajuk “Oh, oh Oranye”. Selain komentar pemain, laporan Telegraaf juga menampilkan foto utama tangisan Sneijer usai laga.
Dipuji Media
Situasi kontras ditampilkan harian utama Jerman Bild. Pujian setinggi langit diberikan pada skuat asuhan Joachim Joew. “Terima Kasih, Terima Kasih, Terima Kasih!” tulis Bild sebagai judul utama.
Namun, kubu Jerman tidak bisa langsung berlega hati. Kendati telah mengumpulkan enam angka, Jerman belum aman dari persaingan Grup B. Pasalnya, poin mereka bisa disamai oleh Portugal dan Denmark.
Bila Portugal mampu mengalahkan Belanda dan Denmark menaklukkan Jerman dengan dua gol, maka poin ketiga tim akan sama-sama enam. “Pintu perempat final terbuka lebar,” katanya.
Loew pun meminta anak asuhnya untuk tetap habis-habisan melawan Denmark di laga pamungkas. “kami ingin menutup pertandingan dengan kemenangan,” tegasnya.
Sebaliknya, kendati kalah dua kali di dua laga awal, Belanda tidak lantas harus pesan tiket pulang ke Amsterdam. Oranye masih bisa menyelamatkan sejarah mereka bila menaklukkan Portugal dengan keunggulan dua gol. Di pihak lain, mereka harus berdoa agar Jerman mampu menekuk Denmark.
Namun jika gagal mewujudkan semua itu, judul Koran AD Belanda edisi Kamis ini pantas disematkan pada Robben cs: “MALU!”