REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA — Lupakan sejenak persahabatan Adolf Hitler dan Benito Mussolini pada Perang Dunia Kedua. Simpan dulu kisah sukses po ros Berlin-Roma yang menjadi kekuatan militer besar pada 1939. Jerman dan Italia kini akan berperang habis-habisan di lapangan rumput.
Bentrokan hebat akan terjadi antara 11 orang dari masing-masing negara dalam partai semifinal Piala Eropa 2012 di Stadion Nasional Warsawa, Polandia, Jumat (29/6) dini hari WIB. Tak seperti hubungan mesra puluhan tahun silam, kedua negara itu kini justru saling memendam kebencian.
Mendengar nama Italia saja, orang Jerman langsung teringat pada kenangan buruk enam tahun lalu. Tepatnya pada Piala Dunia 2006, Jerman menanggung malu karena tersingkir di semifinal. Berstatus sebagai tuan rumah, Tim Panser harus menghentikan langkah mereka karena meng alami kekalahan dua gol tanpa balas dari Italia.
Gli Azzurri mengempaskan Jerman berkat dua gol yang dicetak Fabio Grosso dan Alessandro Del Piero di masa perpanjangan waktu. Sejauh ini, Italia memang masih terlalu perkasa bagi Jerman. Dari tujuh pertemuan kedua tim di ajang resmi, Jerman belum sekali pun memenangkan pertandingan. Empat laga berujung seri, sedangkan sisanya dimenangkan Italia.
Namun, pada turnamen kali ini, situasinya sedikit berbeda. Jerman pun berpeluang menghapus memori buruk. Phillip Lahm dan ka wankawan melaju ke semifinal dengan hasil memukau. Mereka memenangkan semua laga di putaran final. Jerman bahkan menjadi juara Grup A dengan nilai sempurna, sembilan poin.
Sementara Italia, statistik pertandingan mereka dalam ajang empat tahunan ini masih kalah dari Jerman. Berada di Grup C, Azzurri ha nya mampu finis di peringkat kedua dengan torehan lima poin. Hasil satu kali menang dan dua kali imbang.
Kemudian, pada babak perempat final, Gianluigi Buffon dan kawan-kawan harus susah payah merebut tiket semifinal. Mereka melaju berkat kemenangan 4-2 dalam adu penalti setelah hanya bermain imbang tanpa gol dalam waktu normal.
Hasil itu membuat pelatih Jerman Joachim Loew optimistis Jerman dapat menghapus catatan kelam melawan Italia. Skuat Jerman pun diakui Loew akan bermain tanpa bayang-bayang sejarah kekalahan di masa silam tersebut.
“Kami (Jerman) memang kerap menemui kesulitan melawan Italia, tapi kali ini situasinya berbeda. Sekarang adalah saat yang tepat untuk memetik kemenangan dari Italia,” kata Loew kepada Welt Online.
Meski begitu, bukan berarti Loew mengusung misi balas dendam dalam laga nanti. Sebab, kemenangan yang diincar timnya semata-mata bertujuan untuk meraih gelar juara pada turnamen ini.
Loew yang sudah menjadi asisten pelatih pada Piala Dunia 2006 menjelaskan, Italia yang saat ini di bawah asuhan Cesare Prandelli sangat berbeda dengan Italia dahulu. Azzurri kini lebih agresif dalam menyerang dan tidak bermain defensif. Itu bisa membuat peluang bagi Jerman untuk menggencarkan ancaman melalui skema serangan balik.
Dalam laga nanti, kubu Jerman sedikit lebih beruntung dalam komposisi pemain. Hampir 95 persen para penggawa Tim Panser berada dalam kondisi fit. Apalagi ditambah dengan kepastian tampilnya gelandang Bastian Schweinsteiger yang sempat diragukan tampil karena cedera engkel.
Sedangkan, Italia terancam akan tampil tanpa Giorgio Chiellini, Daniele De Rossi, dan Ignazio Abate. Ketiganya masih diragukan tampil karena dibekap cedera. Prandelli akan bermain menyerang dan tidak fokus bertahan ketika menghadapi Jerman. “Kami harus berani mengambil risiko dengan tidak bermain hanya di area penalti kami,” ucapnya ke pada FIFA.
Alasannya, Prandelli akan lebih senang jika Jerman mencetak gol hasil serangan balik ketimbang Italia harus kebobolan setelah bertahan selama 20 menit. “Ketika Anda bisa melakukan penguasaan bola, maka Anda akan lebih mudah melumpuhkan lawan,” tambahnya.
Selain itu, Prandelli pun mewaspadai umpan-umpan silang yang akan dilakukan Jerman. Dalam sesi latihan terakhir tim, Selasa (26/6) waktu setempat, kiper Gianluigi Buffon secara khusus diasah kemampuannya untuk mengantisipasi umpan silang.
Menilik statistik pertandingan masing-masing tim, Italia memang lebih banyak membuat peluang. Namun, Jerman masih unggul dalam hal efektivitas. Terbukti, Italia telah meluncurkan 87 serangan ke gawang lawan dan hanya membukukan empat gol. Sedangkan Jerman dengan 60 kali serangan, sukses mencetak sembilan gol.