Senin 26 Nov 2018 16:53 WIB

Rusia Bentrok dengan Ukraina di Perbatasan

Rusia menembaki dan merebut tiga kapal angkatan laut Ukraina.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Jet tempur Rusia di perbatasan Ukraina
Foto: CNN
Jet tempur Rusia di perbatasan Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia membuka kembali Selat Kerch di dekat Krimea pada Senin (26/11) dini hari, setelah sebelumnya menembaki dan merebut tiga kapal angkatan laut Ukraina. Bentrokan tersebut adalah bentrokan paling serius antara Moskow dan Kiev dalam beberapa tahun terakhir.

Dinas keamanan Rusia, FSB, mengatakan kapal patroli perbatasannya telah menyita dua kapal perang lapis baja kecil dan sebuah kapal tunda milik Ukraina. Mereka juga melepaskan tembakan dan melukai beberapa pelaut pada Ahad (25/11).

Rusia kemudian memblokir Selat Kerch di dekat Krimea, yang dianeksasi oleh Rusia, untuk menghentikan kapal-kapal yang melintas dari Laut Hitam ke Laut Azov. Rusia mengatakan armada Ukraina itu tidak memberi tahu rencana pelayaran mereka terlebih dahulu dan mengabaikan peringatan untuk berhenti.

Dengan hubungan yang masih buruk setelah aneksasi Krimea pada 2014 oleh Rusia dan dukungan Rusia bagi pemberontakan pro-Moskow di Ukraina timur, insiden itu berisiko mendorong kedua negara menuju konflik yang lebih luas. Insiden tersebut juga kemungkinan akan memperbarui seruan Barat untuk lebih banyak menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.

Mata uang rubel Rusia dibuka 0,4 persen lebih lemah terhadap dolar di Moskow. Angka ini terendah sejak pertengahan November lalu.

Ukraina, yang menolak kapal-kapalnya telah melakukan kesalahan, menuduh Rusia melakukan agresi militer. Negara itu meminta komunitas internasional untuk menghukum Rusia. Dewan Keamanan PBB akan melakukan pertemuan darurat pada Senin (26/11), atas permintaan Rusia dan Ukraina.

Uni Eropa mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka berharap Rusia dapat membuka kembali Selat Kerch dan mereka mendesak kedua pihak untuk menahan diri guna mengurangi ketegangan. Seorang juru bicara NATO mengeluarkan seruan yang sama kepada kedua pihak.

Menteri Luar Negeri Denmark, Anders Samuelsen, mengatakan di Twitter bahwa negaranya memberikan dukungan penuh kepada Ukraina. "Perkembangan insiden ini sangat mengganggu dan bisa meningkat," kata dia.

Menteri Luar Negeri Kanada, Chrystia Freeland, juga mengatakan negaranya mengutuk agresi Rusia dan meminta Moskow untuk melepaskan kapal Ukraina yang ditangkap. Seorang saksi dari Reuters mengatakan tiga kapal angkatan laut Ukraina yang ditangkap oleh Rusia, ditahan di pelabuhan Kerch di Krimea. Orang-orang berseragam angkatan laut dapat dilihat di sekitar kapal, yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan.

FSB mengatakan Rusia telah membuka kasus pidana sehubungan dengan masuknya kapal-kapal itu secara ilegal ke perairan teritorial Rusia. Menurut lembaga itu, tiga pelaut Ukraina yang terluka dalam insiden tersebut telah mendapatkan perawatan medis.

Parlemen Ukraina akan mempertimbangkan proposal untuk memberlakukan darurat militer selama 60 hari, pada Senin (26/11). Sehari sebelumnya, Presiden Ukraina Petro Poroshenko telah bertemu dengan pimpinan militer dan pimpinan dinas keamanannyan

Langkah itu mungkin tidak biasa di beberapa tempat di Ukraina karena akan membatasi kebebasan sipil. Darurat militer juga memberikan lembaga negara kekuasaan yang lebih besar menjelang pemilihan presiden tahun depan, yang jajak pendapat menunjukkan Poroshenko akan kalah.

Rusia mencaplok Krimea pada 2014 dan kemudian membangun jembatan jalan raksasa yang menghubungkannya dengan Rusia selatan yang melintasi Selat Kerch. Selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Azov ini merupakan rumah bagi dua pelabuhan terpenting di Ukraina.

Perjanjian bilateral memberi Rusia dan Ukraina hak untuk menggunakan Laut Azov, yang terletak di antara kedua negara dan dihubungkan oleh Selat Kerch yang sempit ke Laut Hitam.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement