REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kapten Sriwijaya FC Yu Hyun-koo mengaku pernah didekati komplotan mafia bola. Mereka mengajak berkompromi untuk mengatur skor pertandingan Liga 1 2018.
"Mereka (mafia) telepon-telepon saya trus, WA juga. Tapi saya tidak mau, karena saya tahu ini uang kotor," kata Yu di Palembang, Ahad (2/12).
Yu mengatakan dirinya tidak ingat persis kapan itu terjadi. Tapi, ia memastikan setelah laga Sriwijaya FC melawan Bhayangkara FC. Hingga kini, Yu tidak mengenal siapa pihak yang menelponnya dan menawarkan uang senilai Rp 400 juta.
"Saya tidak tahu, siapa mereka. Tapi yang jelas saya ditawari uang Rp 400 juta buat bagi teman-teman, terserah saya yang pilih. Bisa kiper, pemain belakang, pokoknya terserah saya," kata dia.
Setelah kejadian itu, Yu mengaku langsung melapor ke manajer tim Ucok Hidayat karena khawatir akan berimplikasi negatif terhadap dirinya.
"Saya takut ada masalah, apalagi orang ini (mafia) mau ajak ketemu, paksa-paksa walau saya tidak mau," ujar pemain asal Korea Selatan yang sudah merumput di Sriwijaya FC sejak tiga tahun lalu.
Kekhawatiran Yu ini sangat wajar karena dirinya menyaksikan sendiri, bagaimana karier teman-temannya di kampung halamannya Korea menjadi hancur karena mafia bola. Bahkan dua sahabatnya sampai bunuh diri karena tidak mampu menanggung beban selalu dirongrong mafia bola.
"Banyak teman-teman di Timnas yang ditangkap polisi. Belum lagi ada yang bunuh diri, karena sekali kita berhubungan dengan mafia bola maka sampai kita pensiun sama dia terus. Saya tidak mau begini," kata dia.
Adanya pengaturan skor di kancah sepak bola Tanah Air kembali merebak setelah sejumlah pihak buka-bukaan di sebuah acara bincang-bincang Najwa Shihab di sebuah televisi swasta Trans7 dengan tajuk "PSSI Bisa Apa" pada Rabu (28/11).
Pengakuan manajemen klub Madura FC soal tawaran uang untuk kesepakatan pengaturan skor diharapkan menjadi momentum baru PSSI memberantas patgulipat yang mencederai sportivitas ini.