REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah akan meluncurkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) pada 2019 mendatang. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, indeks ini bisa menjadi tolok ukur kesiapan masing-masing sektor industri domestik dalam menghadapi revolusi industri 4.0 di depan mata. Nantinya, masing-masing industri bisa melakukan penilaian mandiri terhadap kapasitas mereka dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
"Self assesment itu dilakukan sendiri oleh industri. Pemerintah cukup kisi-kisi saja, sehingga pemerintah tahu posisinya di industri 4.0, termasuk kelemahannya di korporasi," kata Airlangga usai menghadiri Dialog Nasional Persatuan Insinyur Indonsia (PII) di Padang, Kamis (6/12).
Airlangga menyebutkan, sejumlah indikator yang menjadi penilaian dalam INDI 4.0 adalah manajerial perusahaan, kondisi pabrik, dan aplikasi internet of things (IoT). Pengukuran indeks industri 4.0 ini, lanjut Airlangga, diadopsi dari penilaian serupa yang dilakukan oleh McKinsey di Singapura. Ia menilai bahwa cara ini mampu membuat masing-masing industri lebih siap dalam menghadapi revolusi industri 4.0 karena sudah tahu kelemahannya sendiri.
"Singapura diluncurkan sekarang, sedangkan kita tahun depan. Itu kan lebih produktivitas lebih tinggi dan akan lebih kompetitif," kata Airlangga.
Sementara itu, revolusi indsustri 4.0 juga diprediksi akan menyerap 17 juta pekerja di sektor industri. Rinciannya, 4,5 juta pekerja akan terserap di sektor jasa dan sisanya akan masuk ke industri manufaktur. Pemerintah memproyeksikan potensi bisnis yang tercipta dari industri 4.0 sebesar 150 miliar dolar AS hingga tahun 2025.