REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah kembali melemah dalam beberapa hari terakhir. Hal ini karena rupiah masih rentan terhadap ketidakstabilan global.
Deputi Gubenur Senior BI, Mirza Adityaswara memandang pelemahan mata uang kali ini juga tidak hanya terjadi pada Indonesia. "Kurs ada pelemahan tapi itu bukan terjadi di Indonesia saja, itu terjadi juga di dunia, penyebabnya apa? kembali lagi itu adalah penyebabnya global," kata dia pada wartawan di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (7/12).
Mirza menggarisbawahi faktor yang penting pada saat penguatan atau pelemahan kurs adalah efek kurs dolar AS menguat yang membuat kurs negara berkembang melemah. Begitu pula sebaliknya.
Penguatan kurs negara-negara berkembang pada saat itu adalah karena ada harapan perang dagang AS dan Cina mereda. Karena pada saat pertemuan G20 muncul sinyal tersebut.
"Tapi kemudian ternyata perang dagang belum mereda, salah satu ciri pasar perang dagang belum mereda ya kemarin di tangkapnya Direktur Huawei di Kanada dan minta dideportasi," katanya.
Hal tersebut kemudian dikhawatirkan pasar dan makin memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia. Pasar khawatirkan kemudian ada respon dari Bank Sentral Cina dengan cara devaluasi kurs yuannya yang akan berpengaruh pada kurs negara emerging market.