Jumat 14 Dec 2018 23:36 WIB

Toleransi di Maluku: Tradisi Berkunjung, MTQ, dan Pesparawi

Toleransi di Maluku berjalan dengan baik melalui prinsip saling menghormati.

Panggung utama MTQ Nasional ke-24 di Kota Ambon, Maluku.
Foto: Antara/Embong Salampessy
Panggung utama MTQ Nasional ke-24 di Kota Ambon, Maluku.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON— Tradisi toleransi antarumat beragama di Provinsi Maluku harus terus dipertahankan. Pernyataan disampaikan Uskup Diosis Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagie.   

"Tradisi toleransi di Maluku terutama saat perayaan keagamaan harus terus dipertahankan dengan kebiasaan saling mengunjungi sebagai cara hidup atau tradisi yang baik," katanya di Ambon, Kamis (13/12).

Ia menjelaskan umat Kristiani akan merayakan Natal. Hal tentunya harus membawa kegembiraan bukan hanya umat Kristiani, melainkan umat beragama lainnya.

Ia menyebut semua agama mengajarkan kebaikan, karena itu perayaan keagamaan harus dijaga sehingga terwujud suka cita atas dasar bahwa Tuhan itu baik dan ada kasih di antara sesama.

Uskup Mandagi juga mengimbau seluruh masyarakat di Maluku menjaga keamanan, mengingat perayaan keagamaan merupakan upaya mendekatkan diri umat dengan Tuhan.

"Tuhan tidak menginginkan adanya kekerasan, bahkan cara hidup yang bertentangan dengan keinginan Tuhan, karena itu bagaimana kita menghadirkan Tuhan dalam ibadah dan perilaku hidup masyarakat," ujarnya.

Dalam perayaan keagamaan, lanjut dia, biasa disertai ungkapan kegembiraan berupa makan dan minum.

Akan tetapi, katanya, jangan sampai mabuk minuman beralkohol karena hal itu menjadi salah satu sumber terjadinya kekerasan.

"Tugas aparat kepolisian dibantu TNI juga untuk melihat peredaran dan penjualan miras jenis sopi. Kita boleh berpesta tetapi jangan sampai mabuk, apalagi terkait dengan agama tentu akan menjadi sumber konflik," katanya.

Ia menjelaskan Kota Ambon baru saja ditetapkan sebagai kota toleransi kelima di Indonesia.

Hal itu, katanya, tentu menunjang upaya Maluku untuk menjadi laboratorium kerukunan umat beragama.

Masyarakat, lanjutnya, harus bisa mempertahankan dan berjuang untuk menjadikan Maluku sebagai laboratorium perdamaian, yakni bagaimana masyarakat luar bisa belajar dari Maluku, antara lain lewat penyelenggaraan MTQ, Pesta Paduan Suara Gerejawi  (Pesparawi) dan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani)  di mana terdapat semangat persaudaraan. 

"Jangan mau diadu domba, dikotori hanya karena kepentingan seseorang, yang terpenting orang Maluku jangan mau dibodohin karena berdampak pada perekonomian dan pembangunan," katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement