Kamis 20 Dec 2018 07:07 WIB

Seperti Apa Sosok yang Dipercaya Rasulullah?

Lelaki ini yang kelak akan memikul sebuah julukan dari Rasulullah SAW.

Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosoknya kurus, tinggi. Dari perawakannya, sulit menemukan darinya tanda-tanda selain tawadhu, jujur, dan pemalu. Lelaki ini yang kelak akan memikul sebuah julukan dari Rasulullah SAW yang tidak diberikan kepada sahabat lain.

Suatu ketika, datang rombongan Nasrani dari Najran menemui Rasulullah SAW. "Ya Muhammad, berikanlah kepada kami utusanmu untuk menyelesaikan permasalahan kaum kami. Sungguh kami ridha dengan kalian kaum Muslimin," ujar utusan tersebut. Nabi Muhammad SAW pun menyanggupi permintaan tamunya tersebut seraya bersabda, "Besok aku akan mengutus seseorang bersama kalian orang yang benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya."

Keesokan harinya, tiada yang lebih ditunggu seluruh sahabat pada saat itu selain berharap dirinyalah yang akan diutus Nabi SAW ke Najran. Bagaimana tidak, Nabi menyebut sifat utusannya dengan tiga kali "benar-benar terpercaya". Pastilah sosok tersebut adalah seorang yang sangat dipercaya Nabi. Betapa beruntungnya sahabat tersebut.

"Dan aku," kata Umar bin Khattab RA, "benar-benar mengharap agar aku ditunjuk Rasulullah SAW untuk menduduki jabatan itu. Aku sengaja mengangkat kepalaku agar beliau bisa melihatku dan mengutusku ke Najran." Nabi SAW masih mencari seseorang dan ketika melihat satu sosok tawadhu ini, beliau bersabda, "Wahai Abu Ubaidah, pergilah engkau bersama dengan penduduk Najran. Jalankan hukum dengan kebenaran."

Itulah sosok Abu Ubaidah bin Jarrah RA. Rasulullah SAW tentang sosok Abu Ubaidah pernah bersabda, " Setiap umat memiliki orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah."

Betapa sosok Abu Ubaidah sangat memegang teguh amanah yang dipercayakan kepadanya. Saat menjadi gubernur Syam, wilayahnya terserang wabah penyakin menular (thaun). Banyak korban berjatuhan akibat keganasan penyakit itu. Khalifah Umar yang sangat mencintai Abu Ubaidah ingin agar sahabatnya itu pergi meninggalkan Syam. Umar pun menulis surat ke Abu Ubaidah, "Ada hal yang penting yang ingin aku bicarakan. Jika kau menerima surat ini pada malam hari, temuilah aku sebelum subuh. Jika menerima surat ini siang, temuilah aku sebelum malam."

Abu Ubaidah yang menerima surat tersebut sudah paham niat Umar memintanya pergi dari daerah Syam. Ia pun membalas, "Ya, Amirul Mu’minin! Saya mengerti maksud Khalifah memanggil saya. Saya berada di tengah-tengah tentara Muslimin, sedang bertugas memimpin mereka. Saya tidak ingin meninggalkan mereka dalam bahaya yang mengancam hanya untuk menyelamatkan diri sendiri."

Itulah amanah yang dipegang erat-erat Abu Ubaidah. Ia tidak rela meninggalkan warga yang dipimpinnya untuk menyelamatkan diri. Meski harus mengorbankan nyawa, ia setia bersama warga dan melayani mereka yang terserang penyakit.

sumber : Dialog Jumat Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement