REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis akan mempertahankan pasukannya di Suriah utara karena menilai ISIS belum disapu bersih. Pejabat Prancis mengatakan, pandangan Prancis berbeda dengan Amerika Serikat (AS) yang mengatakan ISIS telah dikalahkan.
Prancis adalah anggota terkemuka koalisi yang pimpinan AS dalam memerangi ISIS di Suriah dan Irak. Prancis memiliki pasukan khusus yang berbasis di bagian utara Suriah. Pasukan khusus Prancis dikerahkan bersama pasukan Kurdi dan Arab. Mereka juga melakukan serangan udara terhadap kelompok ISIS.
Seorang narasumber dari Kepresidenan Prancis mengatakan kepada wartawan, anggota pasukan Kurdi yang mendominasi Syrian Democratic Forces (SDF) dan seorang mitra AS di Suriah akan berada di Paris pada Jumat (21/12). Mereka akan mengadakan pembicaraan dengan para pejabat mengenai langkah selanjutnya.
"Dia (Trump) melakukan sesuatu yang mudah, berisiko kecelakaan fatal, tulang punggung koalisi adalah Amerika Serikat," ujar narasumber dari Kepresidenan Prancis, dilansir dari Reuters, Jumat (21/12).
Prancis sangat sensitif terhadap ancaman ISIS setelah beberapa serangannya membuat banyak orang terbunuh di Prancis. Para pejabat Prancis percaya kelompok ISIS terus menimbulkan ancaman. Ratusan warga negara Prancis juga telah bergabung dengan kelompok di Suriah.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron berbicara kepada Presiden AS, Donald Trump pada Selasa kemarin. Macron mencoba meyakinkan Trump untuk tidak menarik pasukannya keluar dari Suriah. Sebelumnya, Macron pernah meyakinkan Trump untuk tetap terlibat di Suriah pada April lalu.
Para diplomat Prancis mengatakan pada Reuters bahwa keputusan Trump untuk menarik 2.000 pasukan AS dari Suriah telah mengejutkan Prancis. Pejabat AS membenarkan keputusan penarikan pasukan mereka dengan mengatakan ISIS telah dikalahkan.
"ISIS belum disingkirkan dari peta sampai ke akar-akarnya, kantung terakhir organisasi teroris ini harus dikalahkan secara militer untuk selamanya," kata Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly di Twitter-nya.
Duta Eropa, Nathalie Loiseau mengatakan kepada televisi C-News, untuk saat ini pasukan Prancis akan tetap tinggal di Suriah. Sementara dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, Prancis dan sekutu koalisinya telah memulai pembicaraan dengan AS mengenai kerangka waktu dan kondisi untuk penarikan pasukan AS.
"Perlindungan terhadap populasi Suriah timur laut dan stabilitas zona ini harus diperhitungkan oleh Amerika Serikat untuk menghindari drama kemanusiaan baru dan kembalinya para teroris," katanya.
Baca: Sydney Dilanda Hujan Es Berbentuk Kembang Kol