REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid mengaku tidak terlalu peduli dengan hasil survei partai politik yang menempatkan elektabilitas PKS di bawah ambang batas parlemen 4 persen. Namun, ia mengaku mengapresiasi dengan berbagai survei yang dilakukan lembaga survei. Sebab, menurut dia, PKS sudah mengetahui beberapa lembaga survei termasuk LSI Denny JA, yang seringkali memposisikan PKS sebagai partai tak lolos ambang batas parlemen.
Walaupun bagi Hidayat, hasil survei LSI Denny JA menempatkan PKS di angka 3,3 persen yang ia anggap lebih baik dari partai menengah lain dan lebih berpotensi lolos ambang batas parlemen di angka 4 persen."Itu kebaikan yang diberikan LSI Denny JA, karena sebelumnya kalau dekat Pilpres atau Pileg, LSI Denny JA sering memberi angka jauh di bawah itu," kata Hidayat kepada wartawan, Rabu (9/1).
Dari beberapa pengalaman, ia menjelaskan, biasanya survei LSI Denny JA memberi angka untuk PKS selalu rendah, namun realnya bisa 2-3 kali lipat dari hasil surveinya. "Jadi kalau kami dapat 3,3 persen, kemungkinan besar PKS bisa di atas 9 persen malahan," ujarnya menambahkan.
Dari hasil survei LSI Denny JA, disebutkan posisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum aman untuk menembus ambang batas suara parlemen pada Pemilu 2019. Dalam lima bulan terakhir, elektabilitas partai-partai itu masih sulit menembus angka empat persen. "Dari lima survei terakhir LSI Denny JA, elektabilitas keempat partai ini masih sulit menembus angka empat persen," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa, dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Kantor LSI Denny JA, Selasa.
Kendati demikian, Ardian melanjutkan, empat partai tersebut merupakan partai lama yang memiliki kekuatan, pengalaman, dan sumber daya untuk bisa memenuhi ambang batas suara parlemen sebesar empat persen itu, termasuk PKS yang memiliki mesin partai dan kader partai yang militan. PKS juga dikenal pandai merawat konstituen dan agresif menjelang pemilu.