Jumat 11 Jan 2019 20:52 WIB

Alasan Garuda Jual Tiket dengan Harga Batas Atas

Banyak maskapai yang alami kerugian bisnis.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Garuda Indonesia
Foto: dok. Garuda Indonesia
Garuda Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Garuda Indonesia menjadi salah satu maskapai yang dikeluhkan karena penjualan tiketnya dinilai mahal meski saat low season. VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan mengakui kerugian sempat dialami dalam bisnis penerbangan saat ini. 

Bahkn menurut Ikhsan kerugian yang dialami maskapai bukan hanya Garuda Indonesia saja. "Cuma karena bukan perushaan terbuka tidak ada kewajiban terbuka keungan. Tapi dari sembilan maskapai, tujuh sudah rata-rata dalam tanda kutip megap-megap," kata Ikhsan kepada Republika.co.id, Jumat (11/1). 

Jika saat ini, tiket pesawat masih dinilai mahal namun menurutnya itu lah harga sebenarnya yang berada di batas atas. Selama ini, kata dia, jika masyarakat mendapatkan harga promo murah karena itu merupakan tarif batas bawah. 

Ikhsan mengakui dengan beban operasional saat ini, menjadi alasan mengapa Garuda Indonesia saat ini menjual tiket pada kisaran harga batas atas. "Avtur juga menjadi salah satu biaya yang besar. Sudah naik 30 persen dibandingkan negara tetangga. Avtur Indonesia memang lebih tinggi dibandingkan negara tetangga," ujar Ikhsan. 

Terlebih, kata dia, Garuda Indonesia merupakan maskapai dengan golongan full service yang berarti penumpang membayar layanan yang diberikan. Selain avtur, Ikhsan mengatakam banyak operasional lain seperti pajak bandara yang juga naik. 

"Kondisinya seperti itu, pilihannya kami maskapai mau terus eksis atau selesai. Makanya itu harga yang harus kami jual di batas atas. Harga promo sedang direm tapi untuk rute-rute tertentu masih kami terapkan," jelas Ikhsan. 

Sebelumnya, Pengamat dari Arista Indonesia Aviation Center, Arista Atmajati menilai langkah maskapai menjual tiket pada harga kisaran batas atas dapat menutup kerugian. Sebab menurut Arista saat ini semua maskapai di Indonesia masih menanggung beban operasional cukup tinggi. 

"Kalau menjual tiket dengan harga batas atas itu lumayan bisa untung. Tapi ini selama penumpanhnya tidak mengalami penurunan pasti bisa menutupi kerugian," kata Arista kepada Republika.co.id, Jumat (11/1). 

Arista juga menyebutkan, harga avtur pesawat terbang di Indonesia juga belum mengalami penurunan. Terlebih menurut Arista Indonesia masih impor avtur dari Singapura sehingga menambah harga bahan bakar pesawat terbang itu masih tinggi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement