REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Aceh mengaku sebulan ini merasakan dampak negatif dari penjualan tiket pesawat domestik. Hal ini akibat banyaknya konsumen memilih terbang ke luar negeri walau tujuan mereka ke Jakarta.
"Iya, pasti berpengaruh. Itu berpengaruh terhadap aktivitas anggota Asita sendiri dalam menjalankan usahanya di Aceh," kata Sekretaris Asita Aceh, Totok Julianto di Banda Aceh, Senin (14/1).
Menurutnya, kondisi tersebut mulai ia rasakan dalam dua pekan terakhir atau tepatnya di penghujung 2018 hingga kini. Ia mengaku, mayoritas penduduk di provinsi ini lebih memilih terbang ke Jakarta melalui bandar udara (bandara) Kuala Lumpur, Malaysia dengan transit selama beberapa jam akibat tingginya harga tiket pesawat untuk terbang langsung di rute domestik.
Tiket penerbangan dari Banda Aceh ke Jakarta via Kuala Lumpur rata-rata Rp 3 juta per penumpang. Tapi maskapai yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) telah menurunkan dengan kisaran mencapai 60 persen terhitung Jumat (11/1).
"Meski sudah tiga hari diturunkan, namun calon penumpang masih memburu tiket Banda Aceh-Kuala Lumpur-Jakarta," katanya.
Otoritas Bandara Sultan Iskandar Muda di Aceh Besar setiap hari terdapat satu maskapai asing melayani rute internasional Kuala Lumpur-Banda Aceh pergi pulang sedikitnya satu kali per hari, dari total tiga operator melayani penerbangan ke Malaysia setiap pekan.
"Tapi kita belum catat berapa persen terjadi penurunan calon penumpang yang membeli tiket dari anggota kita. Sebab mereka yang terbang ke Kuala Lumpur mayoritas gunakan 'online'," kata Totok.
Ketua INACA Ari Ashkara mengatakan, asosiasi yang dipimpinnnya sepakat untuk menurunkan harga tiket pesawat di kisaran 20 hingga 60 persen karena sempat melambung beberapa waktu belakangan. "Kami berkomitmen menurunkan harga tiket. Kami sejak minggu lalu, khususnya Jumat, sudah menurunkan tarif harga domestik," katanya.
Ari memaparkan, keputusan tersebut diambil berdasarkan komitmen positif dari pemangku kepentingan, yakni Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Airnav, dan Pertamina. Selain itu, anggota INACA juga mendiskusikan keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket penerbangan.
"Walaupun di tengah kesulitan maskapai nasional yang ada, tapi kami lebih mendengar keluhan masyarakat tentang harga tiket," ujarnya.