REPUBLIKA.CO.ID, BULOWAYO -- Otoritas berwenang Zimbabwe menangkap seorang pendeta yang juga aktivis Evan Mawarire di rumahnya pada Rabu (15/1). Penangkapannya tersebut atas tuduhan telah menghasut kekerasan publik menyusul protes yang menewaskan tiga orang pekan ini.
Seorang saksi mata kepada Reuters mengaku melihat sekitar belasan petugas polisi bersenjata lengkap mengepung Mawarire ke kursi belakang sebuah truk dengan pengacaranya, Beatrice Mtetwa. Mtetwa yang hadir, mengatakan kepada wartawan bahwa pendeta itu akan dibawa di kantor polisi.
"Polisi bersenjata mengepung kediamannya pagi ini dan dia telah dijemput. Kami tidak tahu untuk tujuan apa," ujar saudara perempuan Mawawire, Teldah Mawarire dilansir France24, Rabu.
"Saya langsung berhubungan dengannya sampai dia dibawa dan dia tidak bisa lagi terhubug. Kami sangat prihatin," Teldah menambahkan.
Akibat protes yang terjadi sejak Sabtu lalu, Pasukan keamanan telah menembak mati sedikitnya lima orang dan melukai 25 lainnya. "Mereka yang bertanggung jawab untuk menggunakan kekuatan mematikan yang melanggar hukum harus segera diselidiki dan dimintai pertanggungjawaban," ujar Dewa Mavhinga, direktur Human Rights Watch (HRW) Afrika Selatan dalam sebuah pernyataan.
HRW mengatakan, pasukan keamanan merespons dengan amunisi, peluru karet dan gas air mata pada Senin (14/1). Pengunjuk rasa membakar sebuah kantor polisi, membarikade jalan-jalan dengan batu besar, dan menjarah toko-toko di kota Harare, Kadoma dan Bulawayo.
Baca juga, Zimbabwe Naikkan BBM Hingga 150 Persen, Demonstrasi Ricuh.
Aksi protes ini dipicu oleh penaikan harga bahan bakar minyak di Zimbabwe yang diumumkan pada Sabtu pekan kemarin karena krisis ekonomi. Selain krisis, Zimbabwe juga sedang menghadapi kekurangan uang tunai dalam bilangan dolar Amerika Serikat, serta uang kertas obligasi yang kehilangan nilainya, yaitu lebih rendah dari satu dolar AS.
Perusahaan-perusahaan di Zimbabwe juga tidak dapat memenuhi permintaan untuk mendapatkan mata uang asing dengan cara mengekspor barang. Sebaliknya, Zimbabwe mengimpor lebih banyak produk dan barang daripada mengekspor.
Jaringan telepon seluler dan internet Zimbabwe sebagian besar mati untuk hari kedua protes pada Rabu. Sementara sebagian besar bisnis, kantor dan toko di ibukota Harare telah ditutup sejak protes Senin.