REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah dapur umum yang diberi nama 'Amanah Indonesia', didirikan untuk membantu krisis yang melanda Rumah Sakit As-Syifa di Gaza, Palestina. Dapur umum ini menyediakan makanan gratis kepada ratusan pasien di rumah sakit tersebut.
"Dapur umum 'Amanah Indonesia' digagas untuk membantu pihak rumah sakit yang tidak mampu memberikan pelayanan makanan kepada pasien akibat krisis pangan, obat-obatan dan bahan bakar minyak (BBM)," kata relawan Indonesia yang menetap di Jalur Gaza, Palestina, Abdillah Onim, Rabu (30/1).
Ia menjelaskan bahwa pendirian dapur umum itu dilakukan oleh Yayasan Nusantara Palestina Center (NPC), lembaga sosial kemanusiaan berbadan hukum yang didirikannya, yang berkantor di Jakarta. Dalam waktu dekat, NPC juga akan membuka kantor cabang Palestina.
Baca juga: Kekerasan Tepi Barat Meningkat, PBB Sampaikan Keprihatinan
Abdillah Onim, yang sebelumnya adalah sukarelawan organisasi kegawatdaruratan kesehatan, 'Medical Emergency Rescue Committee' (MER-C) Indonesia yang menikah dengan muslimah Palestina dan kemudian menetap di Gaza menjelaskan bahwa sejak Sabtu (261), pihaknya membuka dapur umum untuk menyediakan makanan gratis bagi para pasien yang sedang dirawat di rumah sakit As-Syifa Gaza.
Ia menjelaskan program pengadaan makanan gratis untuk pasien yang sedang dirawat di RS As-Syifa Gaza itu akan berlangsung selama 10 hari ke depan. Dalam program itu, disediakan 3.300 porsi makanan yang diprioritaskan kepada pasien gagal ginjal dan anak-anak yang sedang dirawat di instalasi anak dan pasien orang tua.
Untuk mengoperasikan dapur umum di RS itu dalam 10 hari, katanya, membutuhkan biaya atau anggaran Rp 200 juta. Dana ini untuk membeli bahan mentah, yang bekerja sama dengan perusahaan yang ditunjuk langsung oleh pihak Kementerian Kesehatan Palestina.
Untuk menyediakan makanan itu, seperti roti, ayam bakar, humus, buah dan minuman, menurut dia, harga setiap porsi jika dirupiahkan sama dengan Rp 80.000/pasien.
"Jadi, bagi rakyat Indonesia yang ingin membantu, cukup menyisihkan Rp 80 ribu untuk peduli nasib pasien anak-anak dan orang tua di Gaza," katanya.
Sementara itu, seorang karyawan di RS Asy-Syifa, dr Mukhlis Al-Adham, mengatakan bahwa pihaknya sudah tidak mampu menyediakan makanan akibat krisis keuangan yang dihadapi. Kondisi itu, terjadi di RS Asy-Syifa dan RS sakit lainnya di Gaza, yang berlangsung selama 12 tahun akibat blokade Israel. Puncak krisis dirasakan sejak awal tahun 2018 hingga memasuki tahun ajaran 2019.