Senin 11 Feb 2019 11:47 WIB

Mengenang Prof TM Soelaiman, Pendiri Masjid Salman ITB

Almarhum mendirikan masjid itu bersama tiga sahabatnya

Rep: Zuli Istiqomah / Red: Hasanul Rizqa
Masjid Salman ITB
Foto: www.itb.ac.id
Masjid Salman ITB

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Guru Besar Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof TM Soelaiman berpulang ke rahmatullah pada Ahad (10/2) lalu. Selain fisikawan, almarhum juga dikenal sebagai salah satu pendiri Masjid Salman ITB.

Dia mendirikan rumah ibadah itu pada 1963, bersama tiga orang sahabatnya di kampus itu, yakni Achmad Noeman, Achmad Sadali, dan Ajat Sudrajat.

Anak almarhum, Toebagoes Ahmad Moetawakil (59 tahun), mengungkapkan awal mula pembangunan Masjid Salman ITB. Sebelumnya, ayah almarhum atau kakek dari Tb Ahmad Moetawakil bertanya dengan nada sindiran, mengapa sampai saat itu ITB belum juga memiliki masjid. Seharusnya, warga ITB yang hendak menunaikan shalat berjamaah difasilitasi.

"Waktu mulai membangun Masjid Salman itu, bermula pas lagi jalan pulang shalat sama bapaknya atau kakek saya berarti. Almarhum disentil sama abah, katanya, ini sekolah besar tapi nggak ada masjidnya," ujar Moetawakil kepada Republika.co.id usai menghadiri pemakaman almarhum di TPU Cibarunay, Kota Bandung, Senin (11/2).

Dia melanjutkan, ayahnya lalu mulai menginisiasi pembangunan masjid di lingkungan ITB. Rencana itu tidak semudah seperti membangun masjid sekarang. Beberapa kendala datang, antara lain, dari situasi politik saat itu. Bersama kawannya, Prof Soelaiman berjuang supaya di kawasan kampus tersebut dapat dilengkapi masjid.

"Pada saat itu memang susah membangun masjid. Zaman-zaman awal Islam mulai bangkit karena masih ramai PKI (Partai Komunis Indonesia) waktu itu," ujarnya.

Tb Ahmad Moetawakil kala itu masih kecil, sehingga tidak mengingat secara detail bagaimana pembangunan Masjid Salman ITB. Namun, dia mendapatkan banyak cerita. Misalnya, dituturkan bahwa sang ayah berjasa di balik hadirnya masjid tersebut, yang sampai kini terus dimakmurkan warga ITB dan sekitarnya.

Setelah pensiun sebagai dosen di ITB, Prof Soelaiman terus aktif di masjid tersebut. Bahkan, sempat ditunjuk sebagai Ketua Pembina Yayasan Masjid Salman ITB. Peran itu dijalaninya hingga tahun 2004, ketika ayahanda Tb Ahmad Moetawakil tersebut terserang stroke.

"Beliau masih sangat aktif di Masjid Salman sampai kemudian terkena stroke dan digantikan yang lain. Makanya, perjuangan beliau, usaha beliau itu enggak kenal lelah. Sampai akhir hayatnya pun terus berupaya memberikan kebahagiaan bagi orang lain," tuturnya.

photo
Suasana pemakaman almarhum Prof TM Soelaiman. (Republika/Zuli Istiqomah)

Tb Ahmad mengenang pribadi almarhum sebagai sosok yang penyabar dan teladan bagi anak-anaknya. Minatnya tidak hanya sains, tetapi juga seni dan kesusastraan. Hal itu terbukti dengan kegemarannya menulis puisi tentang kehidupan.

Melansir dari laman Masjid Salman ITB, era 1960-an merupakan masa ketika berbagai kegiatan agama di kampus dianggap sebagai hal ganjil. Hal dialami betul oleh para mahasiswa Muslim ITB ketika itu.

Banyak mahasiswa dan dosen ITB yang kesulitan saat harus menunaikan shalat Jumat. Mereka mesti bersusah payah untuk berjalan kaki dari ITB ke Masjid Cihampelas.

Rektor ITB saat itu, Prof Ir O Kosasih awalnya sempat menolak pembangunan masjid di lingkungan kampus. Sebab, hal itu dikhawatirkannya akan menulai polemik.

Namun, upaya Prof Soelaiman dan kawan-kawan tidak menyerah. Mereka menggalang dukungan dari berbagai pihak untuk membantu pembangunan masjid.

Buah usaha mereka akhirnya mewujud dengan dukungan dari Drs. Woworuntu, padahal dosen planologi itu beragama Kristen. Tidak hanya itu, Ketua Jurusan Arsitektur yang warga negara Belanda juga ikut melobi pihak rektor.

Akhirnya, tim ITB bersepakat. Mereka lantas membawa wacana itu ke Presiden Sukarno. Bung Karno lantas merestui, sehingga dibangunlah Masjid Salman ITB. Restu dari RI-1 membuat Rektor ITB yakin untuk memulai pembangunan rumah ibadah ini.

Sejak 5 Mei 1972, Masjid Salman ITB dibuka untuk umum. Peresmiannya bertepatan dengan salat Jumat pertama di masjid itu.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement