Selasa 12 Feb 2019 11:21 WIB

Permintaan Tinggi, Ekspor Adaro Mencapai 54,39 Juta Ton

Pada tahun ini Adaro menargetkan produksi di kisaran 54 juta ton hingga 56 juta ton

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Truk membawa batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan. ilustrasi
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Truk membawa batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy, Tbk mencatatkan pertumbuhan produksi batu bara pada 2018 sebesar 4,3 persen. Peningkatan produksi ini sejalan dengan peningkatan penjualan, khususnya di pasar ekspor.

Head of Corporate Secretary & Investor Relations Division Adaro Energy Mahardika Putranto menjelaskan total produksi batu bara Adaro pada 2018 kemarin sebesar 54,04 juta ton. Sebelumnya, pada 2017 produksi batu bara Adaro hanya sebesar 51,79 juta ton.

Baca Juga

"Produksi ini sesuai dengan panduan yang sudah ditetapkan sebesar 54-56 juta ton per tahun. Tapi jika dibandingkan dengan produksi 2017 memang mengalami kenaikan," ujar Mahardika, Selasa (12/2).

Total produksi ini ditopang dari produksi para anak usaha seperti Adaro Indonesia (48,33 juta ton), Balangan Coal Companies (4,07 juta ton), dan Adaro MetCoal Companies (1,01 juta ton). Sedangkan Kastrel Coal Resources berkontribusi 4,76 juta ton.

Peningkatan produksi ini juga membawa dampak positif pada penjualan perusahaan pada 2018. Tahun lalu, penjualan Adaro mencapai 54,39 juta ton, atau meningkat 5 persen dari periode 2017 sebesar 51,82 juta ton.

Penjualan ke Asia Tenggara (termasuk Indonesia, red) sebesar 40 persen dari total volume transaksi. Sementara itu, ekspor ke Asia Timur 30 persen, diikuti dengan India dan Cina masing-masing sebesar 14 persen dan 11 persen.

"Peningkatan penjualan ini disebabkan kenaikan permintaan India terhadap impor batu bara pada 2018," ujar Mahardika.

Sementara untuk 2019, perusahaan masih menargetkan produksi serupa di kisaran 54 juta ton hingga 56 juta ton dengan EBITDA operasional 1 miliar-1,2 miliar dolar AS dan belanja modal 450 juta dolar AS hingga 600 juta dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement