REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemuda menjadi elemen penting dalam sejarah peradaban Islam. Betapa banyak to koh besar yang mengukir kebesaran Islam dengan tinta emas ketika muda. Dengan ke imanan di dada, mereka berjuang demi agama.
Pada zaman Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib menjadi sosok pemuda tangguh yang kerap mendampingi Rasulullah SAW dari sebelum hijrah. Kisah fenomenal Ali yang berani mempertaruhkan nyawa untuk Rasulullah SAW saat perintah hijrah da tang pun kerap diulang dalam buku sejarah Islam.
Dilansir dari buku Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haikal, rencana Nabi untuk keluar dari Kota Makkah dicium kaum Quraisy. Se orang pemuda Quraisy dipilih dari setiap kabilah. Tujuannya agar setiap kabilah memiliki tanggung jawab yang sama terhadap darah Muhammad. Mereka adalah pemuda pilihan.
Berbadan tegap lengkap dengan sebilah pedang yang tajam. Pada waktu yang disepakati, mereka pun mengepung rumah Nabi SAW. Pada malam itu, Nabi berbisik kepada Ali bin Abi Thalib supaya mengenakan mantel hijau kepunyaan Nabi dari Hadramaut. Ali pun diminta untuk berbaring ke tempat tidurnya.
Rasulullah berpesan agar Ali tinggal dahulu di Makkah untuk menyelesaikan barang-barang yang dititipkan kepada Nabi. Pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi. Mereka melihat ada sesosok tubuh di tempat tidur itu. Di mata mereka, sosok itu adalah Nabi SAW. Men jelang larut malam, tanpa sepengetahuan mereka, Muhammad sudah keluar menuju rumah Abu Bakar ash-Shiddiq. Kedua sahabat itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang. Mereka bertolak ke arah selatan menuju Gua Thur.
Ali yang sudah mendapat bimbingan rohani dan akhlak dari Rasulullah merasa mantap. Tanpa ragu, dia mengambil risiko mempertaruhkan nyawa untuk sepupunya itu. Sesudah ancaman pemuda-pemuda pi lihan itu pergi, Ali harus menempuh risiko lainnya. Dia mesti berjalan kaki seorang diri sejauh 477 kilometer menuju Yastrib (Madinah) untuk menyusul Nabi. Dia harus berjalan pada malam hari karena siangnya dia bersembunyi.
Dalam perjalanan yang gelap itu, Ali hanya ditemani gemintang yang bersinar di langit padang pasir. Dia harus melalui jurang dan mendaki bukit. Satu perjuang an berat sedang dilalui pemuda pilihan itu. Meski lelah, Ali sadar apa yang di la kukan Nabi jauh lebih berat.
Karena itu, apa pun yang terjadi, Ali melaksanakan perintah Nabi dengan taat. Ketika sampai di Yastrib, Ali dipanggil Nabi. Saking lelahnya, Ali tak dapat berjalan. Hingga Nabi sendiri datang menghampirinya. Melihat kaki Ali yang bengkak, Rasulullah terharu. Di peluk nya anak muda itu dengan penuh kecintaan.
Pemuda-pemuda ahli ibadah pun hidup pada zaman Nabi. Dikisahkan, ada 70 pe muda dari kalangan Anshar yang digelari al-Qurra (para pembaca Alquran). Mereka biasa tinggal di Masjid Nabawi. Menjelang petang, mereka keluar menuju pinggiran Kota Madinah. Di sana, mereka belajar ber sama dan mendirikan shalat.
Keluarga mereka menyangka jika mereka masih berada di masjid. Sementara, orang-orang di masjid menyangka mereka akan pulang menemui keluarga. Menjelang Subuh, me eka pun mencari air dan men cari kayu bakar. Barang-barang itu mereka sandarkan di dinding kamar Rasulullah SAW.
Hasil penjualan kayu-kayu itu dibeli kan makanan bagi para penghuni shuffah. Orang-orang fakir yang hijrah ke Madinah sedangkan mereka tidak memiliki keluarga atau kerabat di Madinah. Para pemuda di zaman Rasulullah terbiasa untuk beribadah kepada Allah Taala.
Tidak heran, Rasulullah SAW berwasiat bahwa pemuda menjadi salah satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi Allah SWT di bawah 'Arsy-Nya. Syaratnya, pe mu da tersebut harus tumbuh dalam ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.
Kisah para pemuda saleh juga sudah terjadi sebelum zaman kenabian Ra su lullah SAW. Pada zaman Kaisar Hadrianus (117- 138 M), orang-orang Yahudi diminta untuk menyembah dewa-dewa Yunani. Para pembesar Yahudi pun mengeluarkan ultimatum akan berontak bersama rakyat nya untuk melawan kekaisaran Romawi. Mereka pun memukul mundur garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil me rebut Yerussalem. Selama tiga tahun me reka berhasil mempertahankan kekuasaannya.
Terakhir, Hadrianus bergerak bersama pasukannya untuk menumpas pemberon tak. Mereka membunuh semua orang Ya hudi. Kaum Yahudi yang masih hidup di jual sebagai budak. Pada zaman itu, mun cul tujuh pemuda yang bersembunyi dari Kaisar Hadrianus. Mereka hendak menyelamatkan agamanya. Para ulama pun menyimpulkan mereka adalah pemuda yang disebut Ashabul Kahfi.
Shekh Mohammad Mutawalli Sya'rawi dalam Untaian Kisah-Kisah Qurani dalam Surah al-Kahfi menjelaskan, kisah Ashabul Kahfi memiliki mutiara hikmah yang tak le kang hingga akhir zaman. Allah SWT da pat menjadikan gua yang notabene tem pat sempit, seseorang tidak bisa berlama-lama tinggal di dalamnya, sebagai tempat tidur pa ra pemuda beriman.
Bahkan hingga ratusan tahun. Allah menginginkan agar manusia menyadari, gua sempit menurut pemi kirannya bisa menjadi lapang berda sar kan kuasa-Nya. Anugerah Tuhan mem buat tempat sesempit itu terasa luas dan lapang, sehingga mereka bisa leluasa di dalamnya.