Jumat 22 Feb 2019 07:03 WIB

Rasyid Ridha, Sang Penyala Api Modernisme Islam (6)

Ini pandangan Rasyid Ridha tentang dakwah dan pendidikan

(ilustrasi) Syekh Rasyid Ridha
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
(ilustrasi) Syekh Rasyid Ridha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah bagi Rasyid Ridha adalah membimbing umat Islam agar menyingkirkan bentuk-bentuk penyimpangan, seperti bidah, fanatisme, dan fatalisme.

Bila menuruti bidah, kaum Muslim dapat mengadakan hal-hal baru yang sesungguhnya tidak pernah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Untuk itu, Rasyid Ridha menegaskan, umat harus kembali kepada kemurnian Alquran dan Sunnah.

Baca Juga

Hal lain yang mesti diwaspadai adalah, sikap fanatik buta terhadap mazhab-mazhab. Menurut Rasyid, sikap tersebut merenggangkan hubungan internal umat Islam. Bukan mazhab itu sendiri.

Bila sampai terjadi, ini akan menghilangkan kesempatan penguatan ukhuwah Islamiyah. Rasyid lantas menganjurkan sikap toleransi antarkelompok mazhab agar kembali dihidupkan.

Kemudian, musuh selanjutnya bernama fatalisme. Ini merupakan pola pikir bahwa nasib manusia sudah digariskan sejak semula sehingga percuma untuk berbuat sesuatu.

Dengan demikian, Muslim yang fatalis pada gilirannya hidup dalam situasi stagnan. Rasyid Ridha membandingkannya dengan pola pikir masyarakat Eropa dalam abad ke-20. Kaum non-Muslim itu begitu dinamis dalam menghasilkan temuan-temuan baru bagi kemanusiaan.

Di sisi lain, tegasnya, ajaran Islam yang hakiki sesungguhnya menyuruh kaum Muslim agar bertebaran di muka bumi, aktif mengolah nikmat Allah, sehingga berkarya yang manfaat bagi umat manusia. Dengan perkataan lain, Rasyid Ridha mengajak kaum Muslim agar menghargai kemampuan akal rasional.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement