Rabu 06 Mar 2019 15:31 WIB

SK Itu Terbit Setelah Ramon Berpulang

Atlet cabor bisbol di Asian Games 2018 ini meninggal karena gagal ginjal.

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Logo Asian Games 2018
Logo Asian Games 2018

REPUBLIKA.CO.ID, PEMALANG -- Perjuangan mendirikan Program Studi Ilmu Olahraga di Universitas Ngudi Waluyo (UNW), yang dilakukan almarhum Ramon Setiyono dkk, tidaklah sia-sia. Mulai tahun 2019, salah satu kampus swasta di Kota Semarang ini memiliki Program Studi Olahraga.

Namun buah perjuangan yang dilakukan atlet bisbol nasional Indonesia ini tak sempat disaksikan apalagi dijalankannya sebagai pengajar tetap di Kampus UNW. Manusia memang hanya bisa berusaha, namun takdir Tuhan tidak ada yang tahu.

Di saat kabar gembira ini datang, yakni selembar surat keputusan (SK) dosen tetap untuk mengajar di UNW Semarang pada 26 Februar 2019, pebisbol yang menempati posisi picther (pelempar) bola tersebut telah berpulang.

Ramon, atlet yang berjuang membela nama Indonesia di pentas Asian Games 2018 lalu ini, dipanggil Allah SWT pada 19 Februari 2019 karena tak kuasa menahan sakit gagal ginjal yang dideritanya usai Asian Games lalu. Almarhum meninggal dalam usia 31 tahun. Meninggalkan kedua orangtuanya dan seorang adik perempuan.

Saat ditemui sejumlah media termasuk Republika.co.id, Rabu (6/3) di Desa Banglarangan, Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, kedua orang tuanya menceritakan SK dosen tetap dikeluarkan kampus setelah satu pekan almarhum meninggal.

"SK dosen tetap baru keluar 26 Februari 2018. Perwakilan kampus UNW menyerahkan kepada keluarga. Namun sayang SK itu terbit sepekan setelah Ramon berpulang" ujar Surachman, Ayah kandung Ramon.

Sementara itu ibu almarhum, Suriah, menceritakan kalau anaknya sudah sejak kecil hobi olahraga. "Almarhum memang sudah sejak SMP hobi olahraga. Awalnya latihan sepak bola, sepak takraw juga bisa. Tetapi akhirnya dia memilih bisbol," ujarnya.

Suriah menambahkan, selain hobi olahraga, Ramon juga dikenal mandiri serta mengutamakan pendidikan. "Sejak masuk SMP sampai kemarin lulus S2 di Universitas Negeri Semarang (UNES), iia tidak pernah merepotkan orang tua. Tahunya kami sebagai orang tua diminta datang saat wisuda," jelasnya.

Sebagai atlet Asian Games 2018 yang dilindungi oleh BPJS Ketenagakerjaan, Ramon pun berhak mendapatkan manfaat dan bantuan dari BPJS Jaminan Kematian (JKM) sebesar Rp 120.677.970 yang dibagi dalam dua katagori, Rp 45 juta uang tunai, sisanya 75 juta untuk usaha.

Atas penyerahan bantuan yang diberikan, Surachman mengungkapkan terima kasih. "Terima kasih saya ucapkan kepada Kemenpora dan BPJS. Walaupun anak saya bukan termasuk atlet yang terkenal, berprestasi internasional, namun masih mau memberikan bantuan dan menyempatkan datang. Harapan saya semoga ke depannya olahraga bisbol bisa mencetak prestasi lebih baik lagi dan mampu mengharumkan nama bangsa," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement