REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Dewan eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui kesepakatan pembiayaan 4,2 miliar dolar AS dengan Ekuador. Kesepakatan ini dicapai stafnya bulan lalu.
Kesepakatan itu akan memungkinkan negara Andean untuk menerima pencairan langsung senilai 652 juta dolar AS. Ini sekaligus membuka pintu bagi negara itu untuk menerima tambahan 6 miliar dolar AS dalam bentuk pinjaman dari lembaga multilateral lainnya.
Saat ini, negara itu berjuang dengan likuiditas yang ketat karena defisit fiskal yang luas dan beban utang asing yang kuat. "Otoritas Ekuador menerapkan program reformasi komprehensif yang bertujuan memodernisasi ekonomi dan membuka jalan bagi pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan dan adil," kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde.
Ekuador akan dapat menarik dana selama tiga tahun. Pinjaman tersebut memiliki tingkat bunga tiga persen dan jatuh tempo 10 tahun dengan masa tenggang empat tahun. Dalam sebuah pernyataan, Menteri Keuangan Richard Martinez menyebut istilah 'tidak terkalahkan'.
Setelah kesepaktan tingkat staf diumumkan pada akhir Februari, Martinez menyusun rencana untuk meningkatkan cadangan devisa Ekuador, menyederhanakan sistem pajak dan mengoptimalkan pengeluaran publik untuk mencapai surplus fiskal dan mengambil langkkah-langkah untuk meningkatkan independensi bank sentral.
Hal itu terjadi setelah Presiden Lenin Moreno sudah mulai menerapkan rencana penghematan yang mencakup PHK pekerja di perusahaan milik negara dan pemotongan subsidi bensin.
Utang negara OPEC tumbuh di bawah mantan Presiden sayap kiri Rafael Correa yang mendukung Moreno dalam Pemilu 2017. Skeptisisme IMF berjalan kuat di Ekuador dan seluruh Amerika Latin.
Banyak orang menyalahkan kebijakan penghematan yang dipaksakan IMF untuk kesulitan ekonomi. Dalam pernyataannya, pemberi pinjaman yang berbasis di Washington mengatakan, penghematan dari reformasi pemerintah akan memungkinkan peningkatan pengeluaran bantuan sosial.