REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi utang kepada Pertamina yang jatuh tempo Desember 2018 kemarin. Kerja sama dengan Pertamina yang disepakati hari ini, Kamis (14/3) di Kementerian BUMN membuat Garuda mendapat kelonggaran pelunasan utang avtur sampai 18 bulan kedepan.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara menjelaskan Garuda dan Sriwijaya mempunyai utang avtur senilai Rp 2 triliun yang jatuh temponya akhir 2018. Hanya saja, karena kerja sama sesama BUMN maka Garuda mendapatkan relaksasi dengan jangka waktu pelunasan utang hingga 18 bulan ke depan.
"Utang sebesar Rp 2 triliun atas Garuda Indonesia dan Sriwijaya Grup. Pembayarannya hingga 18 bulan ke depan,” ujar Ari di Kementerian BUMN, Kamis (14/3).
Namun, Ari memastikan perseroan akan mencicil pembayaran hingga 2019. Pihaknya memastikan akan membayar lancar ke depannya.
Sebagi kompensasi, Garuda akan membeli dan menunjuk langsung Pertamina untuk pengisian bahan bakar avtur di semua stasiun pengisian luar negeri dengan jumlah sekitar 14-15 titik.
Dengan kerja sama ini, maka Garuda bisa mendapatkan harga yang lebih efisien dibandingkan Garuda harus mengikuti tender pengadaan avtur dari perusahaan migas lainnya. "Jadi selama ini kita biasanya tender ada di 14 station di luar negeri. Nah, sekarang kita bisa langsung bilang dan tunjuk provider avtur kita ya Pertamina. Harganya juga lebih murah Pertamina kalau dibandiingkan dengan perusahaan lain" ujar Ari.