REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Harus diakui, setidaknya dalam lima musim terakhir, pertemuan antara dua tim terbesar di Kota Milan seperti kehilangan daya tarik. Terlepas dari gengsi dan emosi yang memang selalu mewarnai laga derbi, bentrokan antara Inter Milan dan AC Milan dalam beberapa musim terakhir terasa begitu hambar, terutama di kancah Seri A.
Kondisi tersebut bisa dimaklumi jika menilik capaian kedua tim itu di kasta tertinggi kompetisi sepak bola Italia, setidaknya dalam setengah dekade terakhir. Baik I Nerazzurri maupun I Rossoneri tidak lagi mampu bersaing secara langsung di papan atas klasemen Liga Italia. Hal tersebut seperti terlihat pada musim lalu, kala Inter Milan finis di peringkat keempat, sementara AC Milan berada di posisi kelima klasemen akhir Liga Italia.
Namun, kini semua berbeda dalam edisi ke-170 Derby della Madonnina di kancah Seri A yang bakal tersaji pda giornata ke-28 Liga Italia, Senin (18/3) dini hari WIB. Situasi di papan klasemen, yang melibatkan dua tim tersebut, menjadi daya tarik tambahan untuk Derby della Madonnina kedua pada musim ini.
Berada di peringkat ketiga dan keempat secara berurutan, AC Milan dan Inter Milan hanya terpaut satu poin di papan klasemen sementara. I Rossoneri berada di posisi ketiga dengan raihan 51 poin. Alhasil, bukan hanya gengsi yang bakal dipertaruhkan pada laga nanti, melainkan juga posisi terdepan dalam persaingan untuk tampil di panggung Liga Champions musim depan.
Apabila menilik rekor pada enam laga Derby della Madonnina terakhir di Liga Italia, AC Milan memang kalah bersaing dengan I Nerrazurri, dengan menelan dua kali kalah dan tiga kali imbang. Kemenangan 3-0 pada Januari 2016 silam menjadi kemenangan terakhir I Rossoneri atas rival abadinya tersebut.
Prediksi susunan pemain.
Namun, jika menilik catatan performa terakhir, Il Diavolo Rosso rasanya lebih layak untuk diunggulkan dibandingkan La Beneamata. Tim besutan Gennaro Gattuso itu tidak terkalahkan dalam 10 laga terakhir pada semua ajang. Bahkan, di kancah Liga Italia, Milan berhasil memetik kemenangan beruntun dalam lima laga terakhir, dengan torehan 12 gol dan hanya dua kali kebobolan.
Kemenangan 2-1 atas Chievo pada akhir pekan lalu memperpanjang rekor tidak terkalahkan Milan yang terentang sejak akhir Desember silam. Setelah sempat tertatih-tatih pada paruh pertama musim ini, Milan pun mulai merintis kebangkitan. Berada di peringkat keenam pada akhir Desember, Milan berhasil merangsek ke peringkat ketiga pada awal bulan ini dengan menggeser Inter Milan.
Ketajaman Krystof Piatek yang didatangkan dari Genoa pada bursa transfer pertengahan musim ditambah kian percaya dirinya Alessio Romagnoli di jantung pertahanan serta kembalinya sejumlah pemain yang sempat mengalami cedera menjadi kunci kebangkitan Milan pada paruh kedua musim ini. Peningkatan permainan, terutama dari aspek kematangan dan teknik, pun diakui oleh pelatih Milan, Gennaro Gattuso.
Mantan gelandang bertahan Milan itu pun berharap laju rekor tak terkalahkan tersebut tidak berhenti justru saat menghadapi Inter Milan di Stadion San Siro. "Tim ini telah tumbuh dengan sangat baik, terutama dari segi teknik dan karakteristik permainan. Kami harus melanjutkan laju kemenangan ini, tetapi kami juga tidak boleh berhenti bekerja keras karena masih ada ruang bagi kami untuk terus berkembang," ujar Gattuso, seperti dikutip One Football.
Dengan momentum kebangkitan tersebut, status unggulan disematkan kepada Milan menjelang laga Derby della Madonnina. Kendati begitu, gelandang serang Milan, Hakan Calhanoglu, menolak timnya lebih diunggulkan pada laga tersebut. Gelandang serang asal Turki itu hanya bertekad memberikan yang terbaik dalam laga tersebut, terlebih dengan dukungan dari fan setia Milan di San Siro
"Kami menghormati Inter Milan. Saya tahu laga itu akan sangat sulit dan kami harus mengerahkan 150 persen kemampuan kami. Kami bukan favorit juara pada laga itu, tetapi kami memang tengah berada dalam kondisi terbaik. Kami sangat kuat dan mendapatkan hasil bagus lewat torehan gol dari Piatek," ujar Calhanoglu kepada Gazzetta dello Sports.
Di sisi lain, kekalahan 0-1 dari Eintracht Frankfurt pada leg kedua dan tersingkir dari babak 16 besar Liga Europa, tengah pekan lalu, menjadi tamparan keras bagi Inter Milan. Terlepas dari absennya sejumlah penggawa inti La Beneamata dalam laga tersebut, pelatih Inter, Luciano Spalletti, meminta anak asuhnya untuk bisa belajar dari kegagalan tersebut dan mulai mengalihkan fokus ke gelaran Liga Italia.
Posisi Inter, kata dia, belum sepenuhnya aman. Posisi Inter hanya berselisih tiga poin dari AS Roma yang bertengger di peringkat kelima, diikuti selisih enam poin dari Atalanta dan Lazio yang berada di peringkat keenam dan ketujuh. Terlebih, Liga Italia musim ini tinggal menyisakan 10 partai.
"Kami harus bisa tampil lebih baik dibanding laga kontra Frankfurt. Kami terburu-buru untuk bisa meraih kemenangan pada laga itu dan akhirnya kehilangan keseimbangan permainan. Kami harus tampil lebih percaya diri. Melihat laga terakhir, jelas kami membutuhkan hal tersebut," ujar Spalletti, seperti dikutip Football Italia.