Senin 18 Mar 2019 19:47 WIB

Kementan Siap Atur Regulasi Ternak Ayam

Peternak mandiri mengadukan perusahaan ternak besar terintegrasi ke Ombudsman RI.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Peternak memberi pakan di salah satu peternakan ayam pedaging (Broiler) di Blitar, jawa Timur, Jumat (8/3/2019).
Foto: Antara/Irfan Anshori
Peternak memberi pakan di salah satu peternakan ayam pedaging (Broiler) di Blitar, jawa Timur, Jumat (8/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah akan mengatur regulasi untuk menjamin harga di tingkat peternak ayam mandiri. Menurutnya, regulasi tersebut harus diukur sesuai dengan keinginan peternak sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo tentang kesejahteraan peternak.

“Intinya kami ingin regulasi nanti itu sesuai dan dapat menguntungkan peternak (mandiri),” kata Amran kepada Republika, Senin (18/3).

Baca Juga

Dia menegaskan, pemerintah akan terus mengupayakan regulasi terbaik untuk peternak agar menimbulkan iklim saling menguntungkan antara pihak satu dengan yang lainnya. Dia juga mengaku kerap mengundang kalangan peternak mandiri untuk mendiskusikan regulasi yang mereka butuhkan.

Terkait detail regulasi seperti apa yang akan dibentuk, Amran enggan berkomentar lebih jauh. Pihaknya hanya menegaskan, sejauh ini pemerintah telah berupaya hadir untuk melindungi dan menjaga kedaulatan pangan yang selaras dengan kesejahteraan di tingkat petani maupun peternak.

“Bahkan aku pernah menandatangani regulasi untuk peternak kecil karena perintah presiden untuk melindungi peternak kecil,” kata Amran.

Sebelumnya diketahui, peternak mandiri mengadukan perusahaan ternak besar terintegrasi (integrator) kepada Ombudsman RI. Peternak mengadukan adanya praktik integrator yang tidak sesuai dengan regulasi dagang dengan memonopoli kegiatan bisnis peternakan dari hulu ke hilir. Atas aduan tersebut, Ombudsman menduga ada maladministrasi sehingga dilakukan pemeriksaan dari sisi kemitraan antara integrator dan peternak kecil.

Peternak mandiri juga kerap mengadukan adanya kontrol harga oleh integrator, mulai dari bibit ayam, pakan ternak, hingga harga ayam hidup di pasaran. Meski harga jagung telah turun berkat panen raya yang ada di kisaran harga Rp 3 ribu per kilo, peternak masih mengaku harga pangan belum mengalami penurunan.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko mengatakan, harga pakan ternak dipastikan turun seiring dengan adanya panen raya jagung yang ada di sejumlah daerah baru-baru ini. Dia bahkan mengklaim, menurunnya harga jagung dapat membuat biaya produksi ternak semakin efisien.

“Itu sudah pasti (turun harga pakan ternaknya), kita juga memastikan harga produk tani seperti ayam dan telur juga dapat disesuaikan,” katanya.

Berdasarkan catatan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), harga rata-rata ayam hidup per Oktober 2018 berkisar Rp 19 ribu per kilogram. Sedangkan pada Februari 2019, harga tersebut mengalami penurunan menjadi Rp 17.373 per kilogram. Jika dikalkulasikan per bulan, rata-rata penurunan harga ayam hidup berkisar 8,6 persen setiap bulannya

Pinsar juga mengklaim, anjloknya harga ayam di tingkat peternak mandiri telah terjadi dalam kurun enam bulan terakhir. Yang mana jika dikalkulasikan dengan biaya pokok produksi, rata-rata peternak mengalami kerugian sebesar Rp 3 ribu per kilogram untuk satu ekor ayam hidup. Jika dikalikan selama enam bulan dengan jumlah produksi yang ada, besaran kerugian di tingkat peternak mandiri mencapai Rp 2 triliun.

Alihkan ke Ekspor

Moeldoko menilai, penurunan harga jagung di tingkat petani dipastikan telah menyisakan margin keuntungan bagi petani. Menurutnya, harga jagung per kilo saat ini meski belum terlalu ideal, namun sudah dapat mendatangkan keuntungan.

Adapun harga ideal sesuai dengan harga pokok penjualan (HPP) jagung di kisaran Rp 3.800-Rp 4.000 per kilo.

Untuk itu pihaknya mendorong petani untuk dapat mendistribusikan produksi jagungnya di tingkat ekspor. Menurutnya, peningkatan ekspor jagung dapat direalisasikan petani karena kebutuhan jagung dunia masih memungkinkan.

“Hanya saja, kebanyakan petani masih terkendala minimnya dryer,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement