REPUBLIKA.CO.ID, LECHERIA -- Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido mengungkapkan, Pemerintahan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro kini telah mencapai tahap akhir. Dia pun mengklaim akan segera ada perubahan dalam pemerintahan.
"Mereka terisolasi, sendirian, mereka berantakan hari demi hari," kata Guaido di Lecheria, kota di negara bagian Anzoategui timur laut, di mana ia mengadakan beberapa demonstrasi dengan para pendukungnya.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada Jumat (22/3), Guaido mengatakan, Maduro telah kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kekuasaannya. Hal ini berkat tekanan dari pemerintah asing, yang mengakui Guaido sebagai pemimpin sah negara Amerika Selatan itu.
"Warga tidak menyukai mereka, warga menolak mereka, warga membenci mereka, karena itulah yang mereka terima dari warga adalah kebencian," ucap Guaido.
Venezuela mengalami krisis politik pada Januari, saat Guaido meminta konstitusi untuk menjadi presiden sementara. Ia beralasan pemilihan kembali Maduro pada Mei 2018 tidak sah. Guaido telah diakui oleh sebagian besar negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, sebagai pemimpin sah Venezuela.
Sementara itu, Maduro mengatakan Guaido merupakan boneka AS, yang berusaha untuk memimpin kudeta terhadapnya untuk merebut kendali cadangan minyak negara OPEC. Namun, Maduro tetap memegang kendali atas fungsi-fungsi negara, dan mendapatkan kesetiaan dari para petinggi militer.
AS juga telah menjatuhkan sanksi pada perusahaan minyak negara PDVSA pada Januari. Mereka juga memberikan sanksi kepada beberapa bank yang dikelola negara di Venezuela.
Guaido turut mengambil kendali atas pengilang AS Citgo, anak perusahaan PDVSA, dan aset luar negeri paling penting di negara itu. "Tekanan diplomatik telah berhasil, tekanan ekonomi dan tekanan pada aset telah bekerja," kata Guaido.
Sebelumnya, tidak lama setelah menjabat sebagai presiden sementara, Guaido menawarkan amnesti kepada anggota militer yang memihaknya. Sementara yang lain banyak yang melarikan diri ke negara tetangga, Kolombia, dan para petinggi berada di sisi Maduro.
Guaido memperkirakan bahwa antara 80-85 persen anggota militer yakin akan perlunya perubahan di Venezuela. Timnya juga telah bertemu dengan anggota militer berpangkat lebih tinggi.
"Apa yang hilang? Bahwa kepemimpinan, komando tertinggi angkatan bersenjata, memihak konstitusi," ujar Guaido.
Ia menyatakan kesiapan untuk lebih banyak anggota tim miliknya yang ditahan. Sebelumnya kepala staf, Roberto Marrero, ditangkap di bawah tuduhan terorisme, pada Kamis.
"Risiko berpartisipasi dalam politik di Venezuela adalah hidup Anda, kebebasan Anda, dan penganiayaan terhadap orang-orang terdekat Anda," ucap Guaido.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement