REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, umat Islam pertama yang tinggal di Selandia Baru adalah 15 penambang emas Muslim dari Cina. Mereka tinggal di permukiman penambangan emas di Dunstan, Otago, pada April 1874 M.
“Lima belas dari 17 penambang emas Tionghoa itu mendaftarkan diri sebagai Mohammedan, pengikut Nabi Muhammad,”ujar dosen kajian agama Fakultas Sastra dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Waikato, Prof Douglas Pratt, dikutip dari Muslimdirectory. Pada 1890-an dan 1900-an, beberapa pria Muslim dari Punjabi dan Gujarat juga menyusul bermigrasi ke Selandia Baru.
Pada 1930 dan 1940-an, pria-pria Muslim tersebut kemudian mulai membawa istri dan keluarga mereka sehingga umat Islam bertambah banyak. Kaum Muslim pendatang itu kemudian membentuk organisasi Islam pertama di Selandia Baru.
Namanya Asosiasi Muslim Selandia Baru (New Zealand Muslim Association) di Auckland pada 1950. Ada sekitar 200 Muslim di seluruh Selandia Baru saat itu.
Pada 1959, asosiasi Muslim itu kemudian mendirikan Islamic centre pertama di Ponsonby, Auckland. Pada 1960, imam pertama dari Gujarat juga tiba di Selandia Baru untuk menyebarkan Islam secara lebih luas, yaitu Maulana Ahmed Said Musa Patel (1937-2009).
Keberadaan pelajar dari Asia yang sedang menempuh pendidikan di Selandia Baru juga turut berperan dalam penyebaran Islam. Mereka membantu mendirikan tempat-tempat peribadahan dan pusat kegiatan Islam lainnya di berbagai tempat sampai era 1960-an.
Hal itu terus berjalan meskipun populasi Muslim di Selandia Baru merupakan kaum minoritas. Kemudian, umat Islam di sana akhirnya membentuk Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru yang berbasis di Wellington pada tahun 1962.