REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat jenis Boeing 737 MAX 8, dalam waktu yang tak lama mengalami dua kecelakaan. Kedua kecelakaan tersebut dialmi Maskapai Lion Air dan Etiopia tanpa satupun korban yang selamat.
Pengguna pesawat jenis tersebut di dunia tidak sedikit. Indonesia hanya satu negara saja yang menggunakan pesawat jenis tersebut. Di Indonesia, maskapai yang menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8 yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air.
Menyikapi dua insiden tersebut, pada akhirnya Garuda membatalkan pemesanan pesawat jenis tersebut kepada Boeing. Saat ini, Garuda baru menggunakan satu pesawat Boeing 737 MAX 8. Hanya saja, Garuda dalam proses pemesanan 47 unit jenis pesawat tersebut yang belum dikirim.
Usai mengajukan pembatalan, Boeing tampaknya tidak mau kehilangan salah satu pelanggan terbesarnya. Boeing mencoba untuk melakukan negosiasi dengan Garuda agar pembatalan tersebut tidak sepenuhnya dilakukan.
Boeing pada akhirnya menyambangi kantor Garuda Indonesia pada Kamis (28/3). Hanya saja, usai pertemuan tersebut Boeing sama sekali tidak mau memberikan komentarnya meski wartawan sudah banyak menunggu di kantor Garuda, Cengkareng.
Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan dalam pertemuan tersebut Garuda sudah menyampaikan kembali kepada Boeing tetap percaya terhadap produknya. Meskipun begitu, Ari menegaskan Garuda tetap akan membatalkan sisa pemesanan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8.
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.
“Untuk keselamatan penumpang Garuda dan masyarakat Indonesia pada umumnya kami tidak dapat melanjutkan pemesanan 49 pesawat Boeing 737 MAX 8 yang sedianya mulai dikirim pada 2020,” kata Ari, Kamis (28/3).
Ari memastikan pada dasarnya Boeing juga mengerti posisi Garuda. Setelah adanya permintaan pembatalan tersebut, menurut Ari, Boeing akan mempelajari kemungkinan untuk merestrukrusasi kontrak yang berlaku.
Selain itu, dia menuturkan Boeing akan bekerja sama dan memberikan dukungan penuh kepada Garuda. “Ini untuk memenuhi kebutuhan Garuda ke depannya mengingat Garuda adalah /national flag carrier dan key customer untuk Boeing,” tutur Ari.
Dia menambahkan, Garuda masih percaya pada produk Boeing. Hanya saja, Ari menegaskan Garuda sudah tak lagi percaya dengan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 yang sudah mengalami insiden dalam beberapa waktu terakhir.
Ari menuturkan, Garuda juga memikirkan bagaimana tanggapan dan kepercayaan masyarakat saat ini. “Khususnya karena masyarakat yang notabene pelanggan kami sudah kehilangan confidence terhadap produk itu (Boeing 737 Max 8,” jelas Ari.
Garuda Indonesia sudah membatalkan pemesanan pesawat Boeing 737 MAX 8. Direktur Utama Ari Askhara mengatakan saat ini pihaknya sudah meminta jenis pesawat lain kepada Boeing. Ari menegaskan Garuda tidak akan mengganti kepada merek pesawat lain saat ini seperti yang dilakukan beberapa maskapai. “Kami meminta Boeing untuk menawarkan produk lain selain MAX 8 tersebut,” kata Ari, Kamis (28/3).
Setelah meminta tawaran jenis pesawat lain dari Boeing, Ari mengatakan pembahasan mengenai nilai, jenis, dan waktu pengiriman akan dibahas lebih lanjut lagi. Menurutnya, dalam hal tersebut, Boeing terbuka dan akan membahas secara internal di Seattle.
Selain itu, Ari juga menawarkan masukkan kepada Boeing untuk memfasilitasi pertemuan dengan regulator. “Kami juga memberikan masukan kepada Boeing untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan regulator kepada brand Boeing,” tutur Ari.
Ari memastikan dalam waktu dekat pertemuan lanjutan dengan Boeing akan dilakukan dalam waktu dekat. Ari menuturkan pertemuan selanjutnya akan dilakukan akhir April untuk mencari solusi yang baik bagi kedua pihak.
Selain membahas soal pemesanan pesawat tersebut, Ari mengatakan Boeing juga menyampaikan rasa simpatinya terkait kecelakaan Boeing 737 Max 8 dalam beberapa waktu terakhir. “Pihak Boeing menyampaikan simpatinya kepada keluarga korban dan masyarakat Indonesia pada umumnya,” tutur Ari.
Dari sisi teknis, lanjut dia, Boeing sudah melakukan enhancement atas Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Menurut Ari saat ini masih menunggu persetujuan dari Federal Aviatiobn Administration (FAA) dan laporan akhir atas kecelakaan Maskapai Etiopia dan Lion Air.